54,37 Persen Milenial Andalkan Dunia Maya untuk Belajar Agama
- VIVA/Syaefullah
VIVA – Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan, berdasarkan hasil survei dari PPIM UIN Jakarta pada 2017, menunjukkan bahwa 54,37 persen siswa dan mahasiswa atau generasi milenial, lebih mengandalkan dunia maya belajar agama meskipun sumbernya tidak mempunyai otoritas keilmuan agama yang tepat atau sesuai dengan kapasitasnya.
“Anak-anak milenial yang lebih senang belajar agama itu, tidak bersumber dari tokoh-tokoh agama. Apakah itu, buya atau Kyai atau Ustad ya. Tapi, mereka langsung menggunakan medsos, cari di google. Nah saya kira bukan tidak baik tapi, ketika tidak langsung kepada sumber yang punya otoritas, dikhawatirkan cara memahami agama itu, keliru. Itu barangkali yang harus jadi perhatian kita,” kata Zainut usai menghadiri Harlah ke 47 DPW PPP di Pangeran Beach Hotel Padang, Selasa 11 Februari 2020.
Menurut Zainut, para tokoh agama, kemudian Mubaligh harus bisa mengembangkan metode dakwah dengan baik, agar bisa menyasar ke anak-anak milenial. Tentunya, dengan pendekatan yang berbeda.
“Ketika dia memahami agama secara tidak benar, termasuk perilaku keagamaannya itu, maka bisa menimbulkan sikap-sikap radikalisme, ekstrimisme. Dan itu, dalam penelitian memang rata-rata pelaku yang terpapar radikal itu, dia belajar agama dari sumber-sumber yang tidak punya otoritas dalam bidang agama,” ujar Zainut.
Maka dari itu kata Zainut, pendekatan dakwah harus dikembangkan. Bagaimana, dakwah di tengah milenial yang tentunya lebih senang menggunakan media sosial. Karena, kalau anak-anak milenial itu, maunya yang cepat, praktis yang kemudian tidak repot.
“Nah, bagaimana dakwah yang bisa disesuaikan dengan selera mereka. Para mubaligh bisa mengemas cara milenial, bisa lewat youtube dan media sosial lain,” tutup Zainut.