Setelah Diamputasi, Siswa SMP Malang Korban Bullying Sering Menangis
- VIVAnews/Lucky Aditya
VIVA – Pasca menjalani operasi amputasi jari tengah tangan sebelah kanan, MS (13 tahun) menjalani fase terberat dalam hidupnya. Pelajar SMPN 16 Kota Malang itu harus mendapati kenyataan mengalami cacat fisik usai menjadi korban perundungan atau bullying oleh tujuh teman sekolahnya.
Akibat perundungan yang dialaminya, jari tengah tangan kanannya rusak. Saraf pada bagian itu tak berfungsi. Hasilnya dia harus menjalani operasi amputasi. Selain itu, bagian kaki, tangan dan punggung juga memar meski sekarang dikabarkan keluarga kondisinya sudah membaik.
Taufik, paman MS menceritakan kisah sedih yang dialami keponakannya. Pasca operasi jari tengah MS sering menangis sendiri. Terutama saat dia melihat kondisi tangannya pasca operasi. Kenyataan ini juga meruntuhkan hati keluarga, namun keluarga mencoba tegar dengan menenangkan hati MS agar berhenti meneteskan air matanya.
"Kalau lihat jarinya sendiri atau pas jarinya dilihat orang itu dia pasti nangis. Hasil observasi dokter memang harus diamputasi tidak ada pilihan lain," kata Taufik di Malang pada Kamis, 6 Februari 2020.
Dia menyayangkan peristiwa nahas yang dialami keponakanya. Apalagi peristiwa itu dialami MS ketika berada di sekolah. Lembaga pendidikan yang seharusnya membentuk mental para generasi penerus bangsa. Keluarga hanya bisa pasrah menyerahkan proses hukum kepada polisi atas kasus yang dialami MS.
"Kalau untuk luka lebam sudah berangsur membaik. Kemarin selama di rumah sakit memang yang dikeluhkan sakit itu di bagian jari tengahnya," ujar Taufik.
Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Ahmad Wanedi meminta Dinas Pendidikan Kota Malang bertanggung jawab dengan peristiwa yang dialami MS. Dia berencana memanggil Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah ke DPRD Kota Malang. Dia menganggap peristiwa bullying yang dialami MS merupakan catatan kelam dunia pendidikan Kota Malang.
"Ini menjadi catatan kelam buat dunia pendidikan. MS bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan MS itu adalah anak dari seorang janda. Butuh banyak pihak untuk men-support kegiatan ibunya. Itu yang saya bilang ini yang jadi pelajaran. Kita harus buka bantuan untuk MS," tutur Ahmad Wanedi.