Polling: 91,29% Responden Tak Percaya KPK Tak Tahu Lokasi Harun Masiku

Petugas membersihkan logo Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Nama Harun Masiku belakangan ini menarik perhatian masyarakat dan media massa. Bukan saja politikus PDIP itu terjerat kasus suap pengurusan Pergantian Antarwaktu (PAW) Anggota DPR periode 2019-2024, namun kini dia mulai dipandang sebagai faktor krusial bagi pertaruhan kredibilitas KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), serius atau tidak mengusut kasus tersebut?

Apalagi sudah tiga pekan Harun Masiku "menghilang" walau sudah berstatus tersangka. Publik pun heran, tidak biasanya KPK kesulitan mencari seorang tersangka. 

Padahal dia bukan siapa-siapa, pejabat pun bukan, selain dikenal sebagai Caleg dari PDIP untuk Pemilu 2019 lalu. Namun, diyakini Harun menjadi faktor kunci untuk mengungkap apakah kasus suap ini, yang telah menjerat pejabat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan, juga bisa menjerat elit politik partai yang tengah berkuasa. 

Apalagi, KPK sempat mengakui bahwa Harun Masiku sempat berada di sekitar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Keberadaan Harun dideteksi saat proses penyelidikan hingga operasi tangkap tangan (OTT) yang terjadi pada Rabu, 8 Januari 2020.

Kejanggalan terkait keberadaan Harun Masiku itu lah yang membuat VIVAnews menyuguhkan pertanyaan dalam polling mini pekan lalu di laman utama: Apakah Anda percaya KPK tidak tahu keberadaan Harun Masiku? Pilihan jawaban dua: Percaya atau Tidak Percaya.

Diikuti oleh 574 pengunjung laman VIVAnews selama 27 Januari hingga 2 Februari 2020, pertanyaan itu menghasilkan komposisi jawaban dengan selisih sangat besar. Hanya 8,71 persen atau 50 responden yang "Percaya", sedangkan 524 pengunjung lain atau 91,29 persen memilih "Tidak Percaya."

Jawaban atas pertanyaan polling itu juga ditanggapi dengan sejumlah reaksi oleh warganet di media sosial. Mereka mengutarakannya melalui akun VIVAnews di Facebook. 
Setidaknya ada lima tanggapan yang menarik perhatian.

Imàm Wáhyúdí mengingatkan bahwa penduduk Indonesia itu kurang lebih 260juta jiwa. "Masa nyari satu orang aja gak mampu...Gimana kalo kita pergi ke Mbah Dukun aja," tulisnya.

Sedangkan akun Suryana menyatakan bahwa KPK yang sekarang bukan KPK yang dulu. Begitu pun Amrullah yang menilai bahwa KPK sebelum ada Dewas (Dewan Pengawas), garangnya bukan main. "Saya nggak percaya kalau alat pengindra keberadaan target tidak berfungsi," ujarnya.

Sementara itu, Indra Gunawan secara sarkastik mencoba mengaitkan belum ditemukannya Harun Masiku dengan wabah penyakit yang tengah mencemaskan dunia. "Mungkinkah terisolasi akibat wabah corona...?. .????"

Sedangkan Amroel Azhari menggambarkan perbedaan teroris dan koruptor "di negeri +62". "Teroris: Sudah sembunyi-sembunyi tetap ketahuan. Koruptor: Sudah ketahuan tetap disembunyikan."