Taspen Pastikan Portofolio Investasinya Beda dari Jiwasraya

Paparan kinerja Taspen 2019
Sumber :
  • Mohammad Yudha Prasetya/VIVAnews

VIVA – PT Taspen menegaskan bahwa kinerja perusahaannya masih sangat baik dan terkontrol, meskipun saat ini tengah marak terjadi kasus pada dua perusahaan asuransi pelat merah lainnya, yakni PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asabri yang terjungkal investasi pada saham gorengan.

Direktur Utama Taspen, A.N.S. Kosasih mengakui, meskipun pihaknya menjadi salah satu perusahaan yang diawasi oleh Panja Pengawasan Industri Keuangan bentukan Komisi XI DPR RI, namun hal itu tak memengaruhi kinerja perusahaan.

Sebab, Kosasih memastikan, sebagian besar portofolio investasi Taspen hingga saat ini telah ditempatkan pada instrumen investasi yang sangat aman.

"Mayoritas investasi ditempatkan pada instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income), yaitu surat utang dan deposito sebesar 86,2 persen dari total portofolio," kata Kosasih di kantornya, kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin 27 Januari 2020.

Dia bahkan menjelaskan, porsi investasi Taspen di surat utang atau obligasi, yakni sebesar 67,5 persen. Di mana, sebanyak 37 persen investasi ditempatkan di Surat Utang Negara (SUN).

Kemudian, 11,2 persennya berada di Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), 16,1 persen di obligasi korporasi, 1,9 persen di medium term notes (MTN) milik BUMN, satu persen di KIK-EBA BUMN, dan 0,2 persen sisanya berada di Sukuk Korporasi.

“Mayoritas investasi Taspen ditempatkan pada surat utang negara maupun obligasi korporasi dengan fundamental yang kuat, dengan tingkat risiko yang sangat rendah namun tetap memberikan imbal hasil yang baik,” ujar Kosasih.

Sementara itu, untuk penempatan portofolio investasi Taspen di deposito sepanjang 2019, diakui Kosasih, mencapai sebesar 18,7 persen. Deposito milik Taspen tersebut pun sebesar 80 persennya ditempatkan di bank BUMN, 18 persennya di Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan hanya dua persen yang ditempatkan pada bank umum, yakni di Bank Mandiri Taspen.

"Jadi, dari 2,2 persen sisa investasi Taspen ditempatkan di investasi langsung, 4,9 persen di saham, dan 6,7 persennya di reksa dana," kata Kosasih.

"Peserta Taspen tak perlu khawatir dengan penempatan investasi Taspen di instrumen reksadana, sebab porsi investasi di reksadana saham hanya sebesar 1,3 persen dengan seleksi pemilihan Manajemen Investasi (MI) yang sangat ketat," ujarnya.

Diketahui, data dari pihak Taspen menunjukkan bahwa dalam hal berinvestasi di saham, Taspen memilih saham-saham emiten yang sebagian besar terdaftar pada Indeks LQ45 dan didominasi oleh saham-saham BUMN yang tergolong saham-saham blue chips.

Mereka mencatat, portofolio saham Taspen dalam lima tahun terakhir telah menghasilkan return Rp3,5 triliun, baik dari capital gain maupun dari dividen.

Pada 2019, Taspen tercatat memperoleh dividen dari saham sebesar Rp404 miliar dan capital gain sejumlah Rp496,7 miliar. Sehingga, total imbal hasil dari investasi saham yang dilakukan Taspen selama 2019 berjumlah Rp900,7 miliar.

Catatan penempatan saham Taspen pada 2019, menunjukkan bahwa terbanyak berada di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dengan bobot investasi sebesar 24,01 persen. Kemudian, di PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 10,44 persen dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar 8,81 persen.