Ibu Hamil Dievakuasi dengan Helikopter, Bayinya Dinamai ‘Aurian’

Aparat TNI Angkatan Udara dari Pangkalan Udara Atang Sendjaja mengevakuasi seorang ibu hamil yang mau melahirkan di Bogor, Jawa Barat.
Sumber :
  • VIVA/Muhammad AR

VIVA – Seorang perempuan yang tengah hamil dan akan melahirkan, Heni (24 tahun), dievakuasi oleh aparat TNI Angkatan Udara dari Pangkalan Udara Atang Sendjaja dari rumahnya di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Si ibu diangkut dengan helikopter karena jalan menuju puskesmas atau rumah sakit terdekat terdampak bencana longsor.

Aparat TNI yang menolongnya waktu itu kebetulan sedang mendistribusikan logistik ke lokasi terdampak longsor di Kiarasari, dekat rumah si ibu hamil. Jadilah si wanita diangkut dengan helikopter yang juga memuat bahan-bahan logistik.

Menurut Komandan Lanud Atang Sendjaja Marsma TNI Eding Sungkana, tim terkendala saat proses evakuasi terjadi karena medan yang sulit antara lokasi ibu hamil menuju helipad. Sementara itu, helikopter tidak bisa menunggu lama melihat kondisi cuaca yang buruk.

"Namun, setelah kelihatan, helikopter menunggu kemudian dievakuasi melalui udara," katanya.

Evakuasi berlangsung cepat, hanya sepuluh menit, karena melalui jalur udara. Bila melalui jalur darat, bisa lima jam ke rumah sakit terdekat RSUD Leuwiliang. "Tenaga medis di sini kami memang sudah siap menangani kondisi darurat," katanya.

Sang bayi laki-laki lahir dengan selamat dan diberi nama “Yuda Aurian Sanjaya” oleh Eding Sungkana. Nama Yuda Aurian Sanjaya berasal dari tiga kata. Pertama, Yuda atau Yudha, dalam bahasa Sansekerta berarti perang atau yang digunakan TNI bermakna alat perang.

Kedua, Aurian dari kata AURI atau Angkatan Udara Republik Indonesia. Ketiga, Sanjaya, yakni Letnan Kolonel Tek. (Anumerta) Atang Sendjaja, perwira teknik TNI Angkatan Udara yang gugur ketika mengawal helikopter angkut asal Rusia, Mi-6, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara TNI AU di Bogor.

Suami Heni, Irwan, menuturkan bahwa saat sang istri mulai merasakan mulas, dia sempat kebingungan harus dibawa ke mana. Sebab, mereka tinggal di rumah dan jarak menuju tempat pengungsian cukup jauh. "Bisa sampai tujuh jam menuju tempat pengungsian, karena rumah kami terisolasi,” tuturnya.

Heni berterima kasih kepada Eding Sungkana karena telah menolongnya, bahkan dengan helikopter. Dia berharap anaknya kelak menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada orangtua.