Banjir Bandang Lebak: Jalan dan Jembatan Terputus
- bbc
Akibat bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejumlah jalan dan jembatan terputus sehingga banyak daerah terisolir.
Bantuan untuk daerah terisolir terpaksa disalurkan lewat jalur udara.
Banjir bandang yang menerjang enam kecamatan di Kabupaten Lebak, telah meluluh-lantakkan ribuan rumah di bantaran sungai Ciberang. Sembilan orang dilaporkan meninggal, sementara satu orang hilang.
Banjir bandang juga mengakibatkan sejumlah jalan dan jembatan hancur, sehingga banyak daerah terisolir, seperti desa-desa di Kecamatan Lebak Gedong dan Sajira.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan penyaluran bantuan untuk daerah terisolir harus menggunakan helikopter.
"BNPB bekerja sama dengan TNI telah menyiapkan satu unit pesawat heli untuk digunakan selama beberapa hari di wilayah Kabupaten Lebak, terutama untuk keperluan logistik dan juga untuk evakuasi korban-korban yang mungkin membutuhkan perawatan kesehatan," ujar Doni Monardo seperti dilaporkan oleh Alfi Syahrin, wartawan di Lebak yang melaporkan untuk BBC News Indonesia,
Doni melanjutkan, banjir bandang yang dia sebut "masif dan luar biasa" ini baru terjadi selama beberapa puluh tahun terakhir.
Menurut data dari Kepolisian Resor Lebak, setidaknya 2.000 keluarga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
`Tambang yang ditinggalkan ambrol`
Sebelumnya, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya menuding penambangan liar di Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai salah satu penyebabnya.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala BNPB Doni Monardo yang menjelaskan, berdasarkan laporan awal dari kepolisian daerah Banten, selain faktor hujan yang cukup lebat di wilayah hulu, penyebab utama banjir bandang di Sungai Ciberang adalah "sejumlah tambang yang pecah".
"Jadi tambang-tambang yang ditinggalkan itu ambrol. Itu longsor dan membawa material bebatuan dan juga lumpur."
"Inilah yang menyapu sepanjang daerah sungai dan menimbulkan kerugian yang cukup masif, sekitar 1.000 unit rumah yang rusak dan sebagian besar hanyut terbawa arus."
Parahnya banjir bandang di Lebak membuat Doni Monardo bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi meninjau langsung lokasi terdampak banjir bandang yang berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, hari Sabtu (04/01).
Akses ke desa-desa terisolir hanya bisa lewat udara
Desa Banjarsari di Kecamatan Lebak Gedong merupakan salah satu wilayah yang hingga kini masih terisolasi karena ambrolnya jembatan dan terputusnya jalan akibat banjir dan longsor yang menerjang Lebak.
Itu membuat akses menuju desa itu tertutup, sehingga pendistribusian bantuan sejak kejadian bencana.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya sekitar 560 kepala keluarga di kampung Cigobang, Desa Banjar Sari yang berbatasan dengan Bogor masih terisolir.
"Bukan persoalan alat berat, karena wilayah itu tidak bisa dilalui orang dan kendaraan, dengan dibuka dengan alat berat pun sulit lokasinya," kata Iti.
"Karena jalan putus dan juga jembatan putus yang tidak bisa diakses dari mana pun kecuali dari udara."
Iti melanjutkan, mereka yang berhasil dievakuasi kini berada di posko pengungsian di Banjar Irigasi, beberapa di antara mereka dilaporkan terjangkit muntaber
"Ini yang menjadi kekhawatiran kami, karena banyak usia dibawah lima tahun dan lansia yang butuh penanganan khusus," ungkapnya.
Merespons hal itu, pemerintah telah menyiapkan satu unit pesawat heli untuk keperluan logistik dan juga untuk evakuasi korban-korban yang mungkin membutuhkan perawatan kesehatan, ujar Kepala BNPB Doni Monardo.
BNPB juga telah meminta bantuan TNI untuk membangun tiga jembatan yang terputus.
Sementara, Menteri Koordinator PMK Muhadjir Effendi mengungkapkan pemerintah memastikan "para korban bencana banjir harus mendapatkan pelayanan dasar yang cukup".
"Terutama masalah kesehatan, kebutuhan makan sehari-hari, kemudian penampungan sementara yang layak," ujar Muhadjir.
`Anak-anak jangan sampai tidak sekolah`
Muhadjir memastikan bahwa pemerintah akan menjamin "anak-anak bisa terus belajar dengan kondisi apa pun".
"Pembangunan sekolah sementara itu ada desain dari Kementerian PUPR sesuai dengan standar kebencanaan, walau sementara tapi dapat digunakan dua-tiga tahun cukup untuk menggantikan dua sekolah yang hilang, yaitu satu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)," jelasnya.
Ia juga menyebut jika pencarian lahan sementara untuk membangun sekolah sangat penting agar anak-anak dapat terus mengenyam pendidikan dan tidak terlarut dalam situasi bencana, seperti yang diamanatkan oleh Presiden Joko WIdodo.
"Apa pun kondisinya, jangan sampai anak tidak belajar. Karena kalau anak tidak belajar cukup lama. Nanti untuk mengembalikan dia ke suasana belajar lagi susah," ungkap Muhadjir.