Inflasi Rendah, BPS Ingatkan Pemerintah Daya Beli Masyarakat Melemah

Kepala BPS, Suhariyanto
Sumber :
  • VIVAnews/Arrijal Rachman

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan peringatan kepada pemerintah mengenai melemahnya daya beli masyarakat pada 2019. Itu tergambar dari rendahnya angka inflasi pada 2019 sebesar 2,72 persen yang diikuti merosotnya salah satu komponennya, yakni inflasi inti.

Sebagai informasi, inflasi inti sering disebut sebagai cerminan situasi dari daya beli masyarakat. Itu karena pergerakannya dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental. Seperti, interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal yang meliputi nilai tukar, harga komoditas internasional, dan inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa laju inflasi inti sepanjang 2019 sebesar 3,02 persen, lebih rendah dari posisi 2018 sebesar 3,07 persen. Padahal, pemerintah dan Bank Indonesia menargetkan agar inflasi inti setidaknya bertengger di kisaran 3,1 persen. 

"Kalau kita bicara inflasi, inflasi inti 3,02 persen kita harus peringatkanlah, supaya daya beli tetap terjaga," tutur dia di kantornya, Jakarta, 2 Januari 2020.

Namun begitu, Suhariyanto enggan mengatakan bahwa besaran inflasi itu merupakan angka yang terlalu buruk. Sebab ditegaskannya, pola pergerakannya terbilang landai dan tidak seketika anjlok atau bergejolak kuat sebagaimana pada 2018.

Pada 2018, angka inflasi inti dimulai dari kisaran 2,69 persen dan kemudian naik di akhir tahun menjadi 3,03 persen. Sementara itu, pada 2019 terbilang stabil karena dimulai dari angka 3,06 persen, dan berakhir di kisaran 3,02 persen. 

"Tetapi secara tahunannya pergerakannya, polanya lebih mendekati pola tahun 2017. 2017 dan 2019 itu dia mulai tinggi dan kemudian landai. Jadi harga-harga terkendali," kata dia.