Mengintip Gagahnya Pesawat Tanpa Awak Hasil Pengembangan PT DI

Pesawat Tanpa Awak PUNA MALE buatan PT Dirgantara Indonesia.
Sumber :
  • VIVAnews/Adi Suparman

VIVA – PT Dirgantara Indonesia bekerjasama Badan Usaha Milik Negara PT LEN Industri, Badan Pengkajian dan Penerapan Telnologi (BPPT), Kementrian Pertahanan, Lapan dan ITB tengah mengembangkan pesawat udara nir awak Medium Altitude Long Endurance atau Male.

Pesawat tersebut diproyeksikan memiliki kapasitas daya jangkau terbang untuk menangani ancaman daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam seperti illegal logging dan illegal fishing.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI), Elvin Goentoro menjelaskan, untuk kebutuhan persenjataan dalam pesawat tersebut, dipastikan akan menggunakan ahli dalam negeri.

"Untuk persenjataannya nanti akan dilibatkan juga PT Pindad, persinyalan oleh PT LEN," ujar Elvin di Bandung Jawa Barat, 30 Desember 2019.

Pesawat tersebut dirancang dengan tinggi 2,6 meter, panjang 8,65 meter dan lebar sayap 12,5 meter dengan kemampuan kecepatan terbang 235 kilometer per jam. Lanjut Elvin, pesawat yang dapat menjangkau ketinggian 20 ribu kaki ini juga dirancang dapat mengangkut beban.

“Nantinya PUNA MALE juga mampu mengangkut beban hingga 1.300 kilogram. Selain itu juga akan ditambahkan dengan sistem persenjataan. Nanti akan dikerjasamakan dengan PT Pindad," katanya.

Pesawat tersebut ditargetkan layak terbang pada 2024 dengan rencana pembuatan empat unit. Pada 2019 dimulai tahap manufacturing yang diawali oleh proses design structure, perhitungan finite element method, pembuatan gambar 3D, dan detail drawing 2D yang dikerjakan oleh engineer BPPT dan disupervisi oleh PT DI.

Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan tooling, molding, cetakan dan selanjutnya fabrikasi dengan proses pre-preg dengan autoclave

Di tahun ini juga dilakukan pengadaan Flight Control System (FCS) yang diproduksi di Spanyol yang diproyeksikan akan diintegrasikan pada prototype pertama PUNA MALE yang telah di manufaktur oleh PT DI pada awal 2020. 

Proses integrasi dilaksanakan oleh engineer BPPT dan PT Dirgantara Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan untuk mengintegrasikan dan mengoperasikan sistem kendali tersebut.