Gerhana Matahari Cincin di Sumbar Teramati Sebagian
- VIVAnews/ Andri Mardiansyah.
VIVA - Fenomena gerhana matahari cincin untuk wilayah Sumatera Barat hanya teramati sebagian. Meski tidak dilalui persis dan hanya sebagian, namun gerhana matahari cincin tersebut masih bisa dipantau hampir di semua wilayah Sumatera Barat dengan sedikit perbedaan waktu.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), secara umum gerhana matahari cincin di wilayah Sumbar, terjadi pada pukul 10.19 WIB. Puncaknya, yakni pada pukul 12.11 WIB berakhir pukul 14.08 WIB dengan durasi rata-rata 3 jam 49 menit dengan magnitudo gerhana terentang antara 0,952 di Lubuk Sikaping hingga 0,888 di Tua Pejat, kepulauan Mentawai.
“Untuk Wilayah Sumatera Barat, teramati sebagian dan berbentuk bulan sabit. Namun masih bisa teramati,” kata Kepala BMKG Stasiun GAW Koto Tabang, Wan Dayantolis, Kamis 26 Desember 2019.
Analisis BMKG, fenomena gerhana matahari cincin terjadi, ketika matahari, bulan dan bumi tepat segaris. Pada saat itu, piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dari pada piringan matahari. Sehingga, saat puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya.
Gerhana dimulai saat kontak pertama terjadi, yaitu ketika bulan mulai menutupi matahari. Seiring berjalannya waktu, piring matahari yang terkena gerhana akan semakin besar.
Hingga akhirnya seluruh bulan mulai menutupi piringan matahari. Piringan matahari yang tampak akan semakin kecil hingga akhirnya bulan tak lagi menutupi piringan matahari. Lama waktu sejak bulan terlihat bersentuhan dengan matahari dan meninggalkannya, disebut sebagai durasi gerhana. Lama waktunya bervariasi dari satu kota ke kota lainnya.
Untuk wilayah Indonesia, terdapat tujuh provinsi tersebut yakni, Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang dilewati gerhana cincin matahari penuh. Sementara wilayah lainnya, hanya teramati sebagian.