Wagub Sumbar: Tidak Ada Pelarangan Perayaan Natal

Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit di tenda pengungsi tsunami
Sumber :
  • VIVA / Andri Mardiansyah (Padang)

VIVA - Jelang perayaan ibadah Natal, berkembang isu adanya dugaan pelarangan bagi umat Kristen Protestan dan Katolik di Sumatera Barat. Larangan perayaan ibadah Natal itu santer terdengar dari dua Kabupaten yakni Dharmasraya dan Kabupaten Sijunjung.

Bahkan, dikabarkan kaum minoritas itu diminta membuat surat perjanjian untuk tidak melaksanakan ibadah apa pun, termasuk ibadah Natal.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, meminta kepada semua pihak untuk tetap dapat menjaga kondisi keamanan dan kenyamanan serta tidak mudah terprovokasi. Sumatera Barat selama ini menjunjung tinggi hak kebebasan beragama.

Tidak saling mengganggu, tidak saling memusuhi dan menjaga ketenteraman serta kerukunan hidup antarsuku dan antar-umat beragama.

"Saya sudah komunikasi dengan bupatinya. Tidak ada pelarangan di sana. Di Sumatera Barat, selama ini kita menjunjung tinggi hak kebebasan beragama. Kita tidak pernah saling mengganggu, tidak saling memusuhi. Rasanya, ketenteraman dan kerukunan hidup antar-umat beragama di Sumbar tetap kita jaga," kata Nasrul, Senin 23 Desember 2019.

Nasrul mengatakan, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengimbau kepada pihak-pihak yang sengaja untuk mengembuskan isu ini menjadi besar agar menyudahinya. Karena, selama ini di Sumatera Barat aman saja. Seluruh elemen masyarakat mampu hidup berdampingan dengan semua agama dan suku dalam kondisi tenang.

"Saya imbau sekali lagi kepada yang punya kepentingan kalau ada, janganlah mengadu-adu domba kami di Sumatera Barat ini. Mari kita ciptakan suasana kondusif, mau Natal silakan Natal karena kepercayaannya demikian. Kemudian mau tahun baru, silakan tahun baru karena mereka ingin merayakan, tidak ada selama ini pelarangan," ujar Nasrul.

Terkait berkembangnya isu dugaan pelarangan ibadah Natal, Nasrul meminta kepada seluruh pihak untuk tidak membesarkan persoalan ini. Karena, dampak dari isu SARA apabila terus berkembang, maka dapat meluas dan berdampak negatif. Untuk itu, mari saling menjaga kondisi tetap kondusif dan jangan membuat gesekan di tengah masyarakat.

"Jadi, kalau ada pihak-pihak yang sengaja untuk membuat kisruh di Sumatera Barat, janganlah. Bahwa, kita selama ini sudah hidup aman, damai dan berdampingan secara baik,” kata dia. 

“Seluruh suku dan agama silakan melaksanakan ibadahnya, tentu kalau di daerah masing-masing ada aturan-aturan. Saya juga harapkan, mereka juga patuhi aturan yang ada. Mari kita sama-sama jaga keamanan, ketenteraman dan kenyamanan termasuk keamanan kita sendiri dalam melaksanakan kebebasan dalam melaksanakan ibadah kita masing-masing," tutur Nasrul.