Satu Tahun Tsunami Selat Sunda, PHRI: Wisatawan Masih Trauma

Dampak Tsunami Selat Sunda
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di Pandeglang diperkirakan sepi. Lantaran, satu tahun lalu, 22 Desember 2018, terjadi tsunami di Selat Sunda karena longsornya sebagian tubuh Gunung Anak Krakatau (GAK).

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pandeglang, Widiasmanto mengatakan, masyarakat masih trauma dengan peristiwa yang menewaskan sekitar 400 orang dan ribuan lainnya luka-luka itu.

"Belum banyak yang minat, pasti masih ada yang menghindari dan opsinya ke tempat yang lain, atau mereka milih ke daerah pegunungan atau Bandung. Kejadian dari satu tahun lalu, dampaknya kunjungan masih kurang, masih belum maksimal sampai hari ini," ujar Widiasmanto, saat dikonfirmasi oleh awak media, Sabtu, 21 Desember 2019.

Widi mengemukakan, sebelum terjadinya tsunami Selat Sunda satu tahun lalu, hunian hotel di Kabupaten Pandeglang mencapai 80 persen dan sampai 100 persen saat mendekati malam tahun baru.

"Sementara ini kalau kita lihat masih di bawah 50 persen. Karena di hari yang sama, di akhir tahun itu booking sudah mendekati 80 persen. Ini memang belum pulih seperti tahun sebelumnya," ujarnya.

Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah, berharap akhir tahun ini tidak terjadi bencana seperti pada 2018, saat tsunami senyap menyerang pesisir Banten dan letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berkali-kali menyemburkan lahar serta material lainnya. 

Termasuk tidak terjadi harga getok, yang memasang tarif masuk dan harga makanan yang mahal kepada para wisatawan. Lantaran, di wilayah Anyer hingga Carita kerap terjadi harga getok alias memberi harga yang terlalu mahal kepada wisatawan. 

"(Harga getok) itu lahan kosong, lahan milik pribadi yang dikelola dan yang masuk ke sana itu (harga) masuknya include, orang termasuk kendaraan. Kemarin itu di Bapenda (Kabupaten Serang) ditugaskan ke sana (Anyer dan Carita), supaya mereka mengurai per orang itu (harga) wajarnya berapa," ujarnya, di Pendopo Kabupaten Serang, Banten, Sabtu, 21 Desember 2019.

Wilayah wisata Anyer dan Cinangka wilayah administratifnya berada di Kabupaten Serang, sedangkan wilayah hukumnya masuk ke dalam Polres Cilegon. Pihak kepolisian akan memaklumi jika terjadi kepadatan lalu lintas di Kota Cilegon, Anyer hingga Cinangka. Namun, dipastikan tidak akan terjadi macet total di lokasi perayaan malam tahun baru.

"Kalau untuk di wilayah Polres Cilegon, dalam rangka pengamanan Nataru, kita buka pengamanan di dua posyan dan lima pospam. Tentunya kita juga koordinasi dengan Dishub untuk pengaturan rekayasa lalu lintasnya,” kata Kapolres Cilegon Ajun Komisaris Besar Polisi Yudhis Wibisana, kepada sejumlah awak media, Sabtu, 21 Desember 2019.

Karena memang di Cilegon ini jalannya tidak bertambah, motor dan mobilnya bertambah, sehingga rekayasa lalu lintasnya boleh macet tapi tidak boleh stuck. “Jadi roda tetap berputar,” tuturnya.