Mensos: Beragama tanpa Praktik Nilai Kemanusiaan, Percuma

Menteri Sosial Juliari Batubara di Sarasehan Nasional Kearifan Lokal di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu, 4 Desember 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Nur Faishal

VIVA – Menteri Sosial Juliari Batubara mengatakan bahwa keberagamaan seseorang kurang sempurna tanpa diiringi oleh praktik nilai-nilai kemanusiaan. Sebab nihil kemanusiaan pula konflik sosial acap terjadi di masyarakat. Ujung-ujungnya semua merugi. 

"Beragama saja tanpa mempraktikkan nilai-nilai kemanusiaan, itu percuma. Beragama kuat, tapi dalam sehari-hari kita tidak mempraktikkan nilai-nilai kemanusiaan, buat apa beragama," kata Juliari dalam Sarasehan Nasional Kearifan Lokal di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu 4 Desember 2019.

Menurut Ari, panggilan Juliari Batubara, kemanusiaan juga terkandung dalam Pancasila. "Dan setiap perilaku kita, tindak-tanduk kita, khususnya pejabat publik, harus mencerminkan ideologi, yaitu Pancasila. Produk-produk kebijakan di Kemensos tidak boleh bertentangan dengan ideologi kita Pancasila," ujarnya. 

Menjadikan kearifan lokal sebagai pijakan bermasyarakat juga bagian dari itu. Menurut Ari, keberagaman suku, bahasa, dan budaya di Indonesia adalah sebuah anugerah dan kekayaan yang sangat luar biasa dan harus dirawat. Dia lantas membandingkan dengan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan Australia. "Di Amerika paling cuma dua, Indian dan Cow Boy," katanya.

Sepanjang tahun 2019, katanya, sedikitnya konflik atau bencana sosial terjadi negeri ini, di antaranya, di Buton, Sulawesi Tenggara, di Papua dan Papua Barat, dan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada 16 Oktober. Itu terjadi di antaranya karena tidak terhayatinya kearifan lokal oleh masyarakat.

Dalam rangka menekan konflik sosial itulah sarasehan nasional di Surabaya digelar oleh Kemensos, yang diikuti oleh ratusan pemuka adat dan tokoh masyarakat se-Indonesia. "Ini sangat berkaitan dengan memupuk rasa kecintaan terhadap keberagaman yang ada di negara kita dan juga tentunya agar menjunjung tinggi perdamaian di daerah masing-masing," katanya.

Dia mengajak semua tokoh dan masyarakat mengaktualisasikan kearifan lokal. Apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ia optimistis eksistensi budaya nenek moyang terjaga dan rasa nasionalisme kian kuat. "Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai pengokoh nasionalisme bangsa ini," kata Ari. (ren)