Sarjana Bahasa Arab Diminta Tangkal Radikalisme di Kampus

Persatuan mahasiswa bahasa Arab menggelar muktamar.
Sumber :
  • Istimewa.

VIVA - Ketua Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab se-Indonesia (Ittihadu Thalabah Lughah Al 'Arabiyah/ITHLA) Nadya Zahratul Jannah menyatakan bahwa saat ini banyak masyarakat yang pemahaman agamanya keliru. Salah satu sebabnya karena tidak memahami isi kitab sucinya dan kitab-kitab agama pendukung lainnya.

“Inilah kemudian menjadi tantangan mahasiswa bahasa Arab agar bisa memahami ajaran agama Islam melalui penguasaan bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan bahasa kitab-kitab dalam agama Islam,” kata Nadya pada penutupan Muktamar ITHLA VIII yang digelar di Pondok Gede, Jakarta, Rabu, 27 November 2019, dini hari.

Tidak hanya berkontribusi pada pemahaman keagamaan, para sarjana bahasa Arab, menurut Nadya, perlu masuk di berbagai sektor pekerjaan. Bukan hanya sebagai dosen, guru, dan penerjemah, namun juga di sektor pemerintahan dan politik.

Sementara itu, anggota Badan Legislasi DPR, Achmad Baidowi, yang hadir dalam Muktamar ITHLA berharap mahasiswa yang tergabung dalam ITHLA harus terdepan menjadi problem solver masalah radikalisme di kalangan kampus, dikarenakan pemahaman bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan kunci untuk memahami agama Islam secara tepat.

"Dengan menguasai bahasa Arab, merupakan bahasa yang digunakan dalam referensi-referensi dasar agama Islam dan beberapa kitab-kitab klasik karya ulama-ulama terdahulu diharapkan bisa menjadi modal dalam pemahaman-pemahaman agama yang selama ini kurang tepat. Sehingga bisa menangkal paham radikalisme dalam beragama yang muncul, dapat dibersihkan dari lingkungan masyarakat kita khususnya di wilayah perguruan tinggi," ujar Awiek, sapaan akrab Achmad Baidowi.

Selanjutnya, Awiek menantang sarjana bahasa Arab untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus.

“Hari ini banyak sekali kampus-kampus yang teridentifikasi sudah terpapar paham radikalisme. Bahkan di antaranya ada beberapa kampus negeri ternama. Ini tentu sangat ironis dan berbahaya jika dibiarkan dan akan mengancam keutuhan bangsa Indonesia,” katanya.

Sejumlah tokoh hadir dalam Muktamar ITHLA, di antaranya adalah Wakil Ketua MPR Arsul Sani dan penceramah Ustaz Yusuf Mansur.