Peran Jokowi di Balik Penunjukan Ahok ke Pertamina Dipertanyakan

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berseragam Pertamina.
Sumber :
  • Instagram/@aganharahap

VIVA – Pengamat Politik, Hendri Satrio, mempertanyakan motif dan tujuan di balik penunjukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dalam jabatan barunya sebagai Komisaris Utama di Pertamina.

Melalui akun Twitter pribadinya @satriohendri, pengamat politik dari kedaikopi.co itu sempat mengajukan polling kepada 11 ribu followers-nya, mengenai posisi apa yang pas untuk Ahok.

"Melalui akun Twitter saya, saya tanya ke 11 ribu follower saya dan ada sekitar 8.700 responden yang menjawab posisi apa yang pas buat Ahok. Apakah Dirut BUMN, Komisaris Independen, Duta Besar, atau Wantimpres?" kata Hendri di acara ILC tvOne, Selasa 26 November 2019.

"Dari empat pilihan itu, yang paling banyak dipilih adalah Dirut BUMN sebanyak 39 persen. Sedikit di bawahnya adalah Duta Besar, dan justru pilihan Komisaris BUMN itu paling kecil persentasenya," ujar Hendri.

Hendri menilai, sejumlah faktor penunjukan Ahok itu harus dijelaskan oleh Kementerian BUMN, terkait apakah hal itu benar-benar inisiatif seorang Erick Thohir ataukah merupakan titipan dari Presiden Jokowi.

"Kalaupun ada (intervensi Jokowi), tidak apa-apa, diakui saja. Karena kan kita tahu memang sangat dekat hubungannya. Apakah ini isu politik, atau bentuk balas jasa Pak Jokowi untuk menggantikan kegagalannya mencegah Ahok masuk penjara saat itu?" kata Hendri.

Hendri menegaskan, alih-alih melakukan pemanggilan secara normal terhadap Ahok saat akan ditunjuk sebagai Komisaris Utama Pertamina kemarin, Kementerian BUMN justru malah mengumumkan hal tersebut kepada publik. Karenanya, dia menilai jika prosesnya pun harus dipertontonkan ke publik secara transparan.

Sebab, Hendri menilai jika hal inilah yang justru bisa membebaskan Ahok dari segala asumsi liar, mengenai motif penunjukannya sebagai Komisaris Utama Pertamina tersebut.  "Karena kan sudah banyak hal yang Ahok lakukan untuk memperbaiki karir politiknya, seperti misalnya masuk PDIP dan lain sebagainya," ujar Hendri.

Di sisi lain, Hendri mengaku punya anggapan bahwa penunjukan Ahok ini memiliki agenda politik tertentu, karena momentumnya tak jauh dari pernyataan keras Jokowi soal impor minyak di acara Partai Nasdem beberapa waktu lalu.

"Sebelum Ahok dipilih jadi Komisaris di Pertamina, Pak Jokowi pernah berbicara dengan nada tinggi soal impor minyak di acara Nasdem. Apakah ada kaitannya karena beberapa hari setelahnya Pak Ahok dipanggil oleh Pak Erick ke BUMN," kata Hendri.

Melalui hal-hal yang harusnya dijelaskan oleh Kementerian BUMN, Hendri menilai bahwa semestinya motif di balik penunjukan Ahok di Pertamina itu bisa dibuat setransparan mungkin. Hal itu guna menghindari berbagai asumsi liar, di balik proses penunjukan Ahok tersebut.

"Karena harapan masyarakat terhadap Basuki Tjahaja Purnama ini kan besar. Jadi apakah aktor dari semua ini adalah Pak Jokowi atau kah inisiatif Pak Erick Thohir, dan apakah ada kaitannya dengan impor minyak yang di singgung Pak Jokowi beberapa hari sebelum pemanggilan Ahok ke Kementerian BUMN," ujarnya.