Istri Golfrid Siregar Desak Polisi Selidiki Banyak Kejanggalan

Mendiang Golfrid Siregar dalam sebuah aksi unjuk rasa - Walhi
Sumber :
  • bbc

Satu bulan lebih pascakematian Golfried Siregar, advokat organisasi lingkungan hidup Walhi Sumatra Utara, sang istri terus mendesak pihak kepolisian untuk mengusut lebih jauh penyebab kematian suaminya.

Resmi Barimbing, 30, meyakini Golfrid tidak tewas semata-mata karena kecelakaan motor.

Resmi termenung. Masih jelas terekam di benak ibu beranak satu ini kondisi terakhir sang suami sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Adam Malik Medan pada 6 Oktober sore, setelah tiga hari koma.

Golfrid ditemukan terkapar di bawah terowongan Titi Kuning, Medan, Sumatra Utara, pada 3 Oktober dini hari.

Berdasarkan kondisi fisik sang suami saat itu, Resmi tidak percaya dengan kesimpulan polisi yang menyatakan Golfrid meninggal akibat kecelakaan tunggal.

"Kami tidak percaya bahwa almarhum kecelakaan tunggal," katanya kepada wartawan Supriyadi di Medan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Banyak kejanggalan; seperti kepala tidak lecet tapi di dalam tempurung kepalanya hancur semua. Di bagian mukanya tidak ada lecet, tapi kedua matanya lebam, biru. Bagian badannya tidak lecet, tapi ada sayatan di tangan kiri. Celananya juga tidak koyak - kalau dia jatuh seharusnya koyak."

"Kami tidak percaya ini kecelakaan, ini pastinya almarhum dibunuh. Kami tidak tahu siapa pelakunya, ini harus diusut sampai tuntas," sambungnya.

Resmi mengaku tidak pernah dilibatkan dalam pekerjaan sang suami, tapi ia menyadari perilaku tak lazim yang ditunjukkan suaminya sebelum meninggal.

"Saya tidak pernah tahu apakah almarhum pernah diancam, tapi dia sering marah-marah dengan orang lain di telepon," kata Resmi.

Ia menyebut, sebelum meninggal dunia, Golfrid tengah disibukkan dengan advokasi beberapa kasus lingkungan di beberapa lokasi.

 

Petunjuk yang belum diungkap

 

Manajer advokasi dan kampanye Walhi Sumatra Utara, Fhiliya Himasari Sinulingga, turut mendorong polisi untuk melanjutkan penyelidikan terhadap kasus Golfrid demi menjawab berbagai kejanggalan yang belum diungkap ke publik.

Fhiliya menyebut beberapa kejanggalan yang belum diungkap polisi termasuk temuan CCTV yang memperlihatkan sosok seperti Golfrid mengendarai motor besar dengan tiga orang lainnya.

Ia juga menambahkan, investigasi Walhi melacak keberadaan telepon genggam Golfrid pada hari ia ditemukan terkapar di bawah terowongan Titi Kuning dan menemukan jejaknya pada pukul 11.45 WIB di kecamatan Patumbak, sekira 4-5 kilometer dari tempat kejadian perkara.

"Temuan ini bisa jadi petunjuk apa sebenarnya penyebab kematian korban," kata Fhiliya, Sabtu (16/11).

Fhiliya menyatakan Walhi berharap polisi tetap melanjutkan penyelidikannya dengan membentuk tim independen pencari fakta agar kasus meninggalnya Golfrid bisa diungkap secara tuntas dan transparan.

Tuntutan yang sama juga diungkap organisasi hak asasi manusia Amnesty International, yang meminta Presiden Joko Widodo, melalui surat terbuka, untuk memerintahkan penyelidikan hingga tuntas.

"Kesediaannya untuk berhadapan dengan aktor-aktor negara dan perusahaan telah menyebabkannya menerima panggilan telepon ataupun pesan singkat tanpa nama yang meminta ia menghentikan aktivitasnya," tulis Amnesty International dalam sebuah pernyataan.

Kerja aktivis lingkungan di Indonesia ditengarai makin berbahaya.

Dalam laporannya pada 2018, Protection International Indonesia menyatakan sekitar 80% kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap aktivis pada rentang waktu 2014 hingga 2018 menimpa mereka yang bergerak di bidang lingkungan.

Para pegiat mengalami berbagai bentuk intimidasi, termasuk dipenjara berdasarkan tuduhan yang dianggap tidak relevan atau dipaksakan.

 

Polisi belum hentikan penyelidikan

 

Kepala Kepolisian Daerah Sumatra Utara (Polda Sumut), Irjen Agus Andrianto, menyatakan polisi belum menghentikan kasus kematian Golfrid Siregar meski telah mengambil kesimpulan. Agus tidak merinci, ke arah mana penyelidikan akan dilanjutkan.

Agus menyebut Golfrid diduga berada dalam pengaruh alkohol saat mengalami kecelakaan. Agus menyatakan hal ini didukung hasil analisis cairan lambung korban usai diautopsi, meski ia tidak mengungkap berapa kadar alkohol dalam darah Golfrid.

Ia menambahkan kesimpulan penyebab meninggalnya korban juga didasarkan olah tempat kejadian perkara. Agus menjelaskan korban diduga terjatuh ke arah kanan akibat menyenggol trotoar. Hal ini, tambahnya, bisa dibuktikan semua luka korban ada di sebelah kanan.

"Saat ditemukan tidak sadarkan diri, posisi korban miring, kepala kanan pipi kanan di aspal dan ada keluar darah, lalu di depannya ada sepeda motor," terang Agus.

Kepala satuan lalu lintas Kepolisian Resor Kota Medan, AKBP Juliani, menambahkan, selain banyak luka pada sisi sebelah kanan korban dari kepala hingga kaki, polisi juga menemukan beberapa kerusakan pada bagian kanan sepeda motor, termasuk di bagian depan lampu sen hingga setang bagian kanan.

"Ini artinya benturan itu ada di sebelah kanan," kata Juliani.

Juliani menuturkan kondisi ini selaras dengan luka di bagian tubuh sebelah kanan korban.

"Dari fakta ini sepertinya ada benturan sisi sebelah kanan menghantam trotoar hingga mengakibatkan korban tidak stabil dan jatuh ke sebelah kanan," kata Juliani.

Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Sumut, Kombes Andy Rian, menyatakan polisi sudah memeriksa 16 orang saksi. Berdasarkan keterangan para saksi, Golfrid pamit pada istrinya pada 2 Oktober pukul 17.00 WIB untuk menuju rumah pamannya.

Golfried berada di rumah pamannya mulai pukul 17.30 hingga 23.50 WIB. Saat berada di rumah pamannya, Golfrid bertemu dengan rekan-rekannya dan minum di salah satu warung antara pukul 22.30 hingga 23.00 WIB.

Selanjutnya, korban meninggalkan rumah pamannya sekira 23.50 WIB hingga kemudian ditemukan tergeletak di terowongan Titi Kuning.