Gempa Sleman Diduga Pengaruhi Erupsi Gunung Merapi

Aktivitas guguran awan panas kecil Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengungkapkan, meletusnya Gunung Merapi pada pukul 10.46 WIB, hari ini, Minggu 17 November 2019, dipengaruhi oleh Gempa Sleman yang terjadi kemarin, Sabtu 16 November 2019 dengan magnitudo 2,7 yang berpusat di sekitar Gunung Merapi.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa tersebut sangat dekat dengan puncak Merapi, di mana episenternya terletak pada koordinat 7,63 LS dan 110,47 BT di darat pada jarak 10 kilometer arah selatan dari puncak Merapi pada kedalaman 6 kilometer.

"Jadi episenter gempa ini sangat dekat dengan puncak Merapi. Peristiwa ini mirip dengan erupsi Merapi pada 14 Oktober 2019 lalu yang juga didahului oleh serangkaian aktivitas gempa tektonik yang berpusat di sekitar Merapi," kata dia seperti dikutip dari keterangan tertulis hari ini.

Aktivitas peningkatan vulkanisme, lanjut dia, memang sensitif dengan guncangan gempa tektonik. Secara tektovolkanik aktivitas tektonik memang dapat meningkatkan aktivitas vulkanisme, dengan syarat gunung api tersebut sedang aktif, yakni kondisi magma sedang cair dan kaya akan produksi gas.

"Dalam kondisi seperti ini erupsi gunung api mudah dipicu oleh gempa tektonik. Catatan Merapi 2001 dan 2006 menunjukkan bahwa sebelum terjadi erupsi juga didahului oleh aktivitas gempa tektonik," ujar Daryono.

Gempa tektonik, katanya, dapat meningkatkan stress-strain yang dapat memicu perubahan tekanan gas di kantong magma sehingga terjadi akumulasi gas, yang kemudian memicu terjadinya erupsi. Namun demikian perlu ada kajian empiris untuk membuktikan kaitan ini.

"Data lain yang serupa di luar negeri juga menunjukkan bahwa erupsi Gunung Unzen di Jepang dan erupsi Gunung Pinatubo pada 1990 juga dipicu oleh gempa tektonik," lanjut Daryono. (ren)