Data Cagar Budaya Masih Berserakan

Festival Media 2019.
Sumber :
  • Mustakim/VIVAnews.

VIVA – Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi menegaskan bahwa di era big data, data cagar budaya saat ini masih berserakan. Perlu adanya digitalisasi pendataan sehingga bisa tertata rapi di masa depan. 

Hal itu disampaikan dalam talkshow pemeliharaan cagar budaya di era big data, Festival Media 2019, Jambi yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Sabtu 16 November 2019. 

"Perilaku di internet terus naik. Data naik luar biasa saat ini di internet. Tapi sayangnya banyak data yang tak terstruktur, termasuk data cagar budaya," kata Ismail. 

Salah satu hal yang semestinya bisa dilakukan di era big data saat ini adalah menghidupkan cerita soal cagar budaya.

"Video banyak tidak soal cagar budaya. Misalnya di Lambur, Tanjung Jabung Timur, sudah ada filmnya belum. Banyak yang suka soalnya. Itu perlu dihidupkan ceritanya. Di Jepang contohnya. Bisa menghidupkan kisah," ujarnya.

Di era big data, menurut Ismail, sangat perlu interaksi. Misalnya, untuk menghidupkan museum perlu disesuaikan dengan perilaku generasi sekarang.

"Tren sekarang, mereka suka selfie lalu share di media sosial. Nah, kalau bisa dibuat museum tiga dimensi. Kalau bisa untuk cagar budaya pasti keren," ucapnya.

"Selain itu kan Google punya program art and culture. Kira-kira sudah sejauh mana museum ataupun BPCB memanfaatkan program itu. Jadi nantinya lewat program itu, seperti street view dan bisa melihat masuk ke dalam museum. Jadi seperti kita melihat langsung," katanya lagi.

Sejarawan dan jurnalis Wenri Wanhar juga menjadi narasumber dalam talkshow ini. Dia mengatakan bahwa saat ini sudah saatnya bangsa Indonesia menelusuri sejarahnya. 

"Salah satu pelajaran yang penting, adalah pemeliharaan cagar budaya. Tidak ada pohon besar di dunia ini yang akarnya lemah. Kalau kita mau jadi bangsa besar, akarnya mesti kuat," ujarnya.

Sementara itu, pembicara Kepala BPCB Jambi Iskandar mengatakan bahwa pihaknya sudah bisa diakses secara online. Sudah ada petugas yang dilatih untuk mengelolanya.

"Kita sudah mulai menyesuaikan dengan era big data. Di samping itu tentu peran media massa sangat penting untuk menyampaikan informasi soal cagar budaya," ujarnya.