AJI Gelar Festival Media 2019 di Jambi, Disrupsi Digital Jadi Sorotan

Hoax busting, salah satu event di Festival Media 2019.
Sumber :
  • Mustakim/VIVAnews.

VIVA – Festival Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) hari ini resmi digelar. Gubernur Jambi Fachrori Umar membuka acara festival tahunan itu di Aula Gedung Balai Diklat Provinsi Jambi, pagi ini. 

Didampingi Ketua AJI Indonesia Abdul Manan bersama Sekretaris Jenderal AJI Revolusi Riza, dan Ketua AJI Jambi Ramond Eka Putra, Fachrori memukul gong sebagai tanda dimulainya acara Festival Media selama dua hari ke depan.

Fachrori mengapresiasi AJI karena tahun ini menghelat kegiatan festival media di Kota Jambi. Menurutnya, tema literasi yang diangkat sangat relevan dan kontekstual menjawab dinamika perkembangan global yang ditimbulkan dari digitalisasi. Tak terkecuali dampak itu juga dialami oleh media pers.

“Sebagaimana kita ketahui saat ini kita sedang dihadapi fenomena disrupsi, pergerakan dan perubahan yang terjadi sangat cepat. Lahirnya media baru yang lebih inovatif. Digitalisasi membawa dampak pada pemberitaan jurnalistik di mana teknologi digital bisa diakses oleh hampir semua kalangan,” kata Fachrori dalam sambutannya, di Jambi, Sabtu 16 November 2019. 

Namun, lanjutnya, di tengah penyebaran informasi yang pesat tersebut, sisi negatif digitalisasi juga membawa dampak bagi kebebasan pers. Misalnya informasi yang bias yang kadang juga dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk menebar provokasi. 

Gubernur juga mengucapkan selamat datang kepada delegasi AJI kota se-Indonesia ke kota Jambi. Dia berharap, melalui festival media ini, selain kemampuan menulis, keakraban sesama jurnalis juga makin erat. Ke depan dia berharap Jambi mendapat kepercayaan lagi untuk perhelatan media sebesar Festival Media AJI ini.

“Semoga Provinsi Jambi diberi kepercayaan lagi untuk bisa melaksanakan event serupa sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk dapat berkunjung ke Provinsi Jambi sepucuk Jambi sembilan lurah melalui tulisan-tulisan yang dibuat oleh saudara-saudara kita yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen,” katanya.

Sementara itu, Ketua AJI Abdul Manan mengatakan, festival media AJI diselenggarakan setiap tahun yang penyelenggaraannya selalu bergilir dari kota ke kota yang diadakan oleh AJI setempat. Kebetulan AJI Jambi tahun ini dipercaya menjadi tuan rumah, dan temanya pun punya keterkaitan dengan cagar budaya. 

Jambi menurutnya, memiliki aset cagar budaya yang luar biasa seperti kawasan candi Muara Jambi.

“Jambi memiliki aset budaya yang punya sejarah panjang. Dan memang cukup menjadi masalah kita saat ini aset yang dimiliki Jambi menghadapi tantangan digitalisasi,” katanya.

Tema Festival Media AJI ingin mengaitkan nilai-nilai literasi yang terkandung di dalam kekayaan warisan budaya yang dimiliki Jambi. Menurutnya, saat ini media mengalami disrupsi yang sangat luar biasa, ditandai ditandai dengan orang berpindah ke gadget atau perangkat telepon pintar. Perubahan juga berdampak penting bagi jurnalis dan media dalam menyampaikan informasi publik. 

“Kita tidak bisa hindari ketika orang paling banyak mengakses informasi melalui media digital. Media bersaing dengan media sosial yang kerap menyebarkan hoaks. Di sinilah tantangannya, publik harus diajarkan bagaimana memeriksa fakta dan cerdas mengonsumsi berita,” ungkapnya.

Menurutnya, informasi dari media sosial tentu berbeda dengan karya jurnalistik. Orang-orang yang menyebarkan informasi di media sosial tidak bekerja dengan kode etik jurnalistik yang menjadi panduan profesi jurnalis.

“Karena itu literasi sangat dibutuhkan, dan tema itulah sekiranya tepat kita memilih Jambi sebagai tempat acara ini. Acara ini juga salah satu cara AJI mendorong profesionalisme.” katanya.

Abdul Manan juga menyampaikan terima kasih, Festival Media ternyata direspons antusias yang besar dari masyarakat Jambi. Kepada gubernur, dia juga mengucapkan terima kasih atas spanduk ucapan selamat datang yang tersebar di banyak titik dari pemerintah provinsi.

“AJI memang membatasi kerja sama dengan pemerintah dalam banyak hal demi menjaga independensi dan profesionalisme. AJI cukup berterima kasih ketika acara ini disambut oleh banyak masyarakat,” katanya.

Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan talkshow pemeliharaan cagar budaya di era bigdata. Tiga narasumber membahas eksistensi cagar budaya di era digital. Pembicara antara lain, Ismail Fahmi, pegiat digital Founder Drone Emprit, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Iskandar Mulia Siregar, dan sejarawan jurnalis AJI Wenri Wanhar.

Selain itu, sejumlah workshop berjalan paralel dari siang hingga sore, antara lain workshop menjadi presenter oleh Alfian Rahardjo, News Anchor CNN Indonesia, workshop meliput isu lingkungan, dan workshop hoax busting and digital hygiene.