Terjadi 28 Kali Susulan Gempa Maluku, Ini Rekomendasi Penting BMKG
- BMKG
VIVA – Gempa Maluku terjadi pada kedalaman 73 kilometer di Maluku Utara, Jumat 15 November 2019 dini hari. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat beberapa kali gempa susulan (aftershock) pascagempa utama (mainshock) dengan magnitudo 7,4 yang dimutakhirkan menjadi 7,1 yang berlokasi di titik koordinat 134 kilometer Barat Laut Jailolo.
Gempa susulan masing-masing tercatat adalah Magnitudo 5,0 pada Jumat dini hari pukul 00.55 WIB, dengan titik lokasi pada 128 km Barat Laut Jailolo di kedalaman 10 kilometer. BMKG menyatakan gempa susulan ini tidak berpotensi tsunami.
Kemudian gempa selanjutnya tercatat dengan magnitudo 5,9 pada pukul 01.45 WIB, dengan pusat gempa berada di dasar laut atau 127 km Barat Laut Jailolo, pada kedalaman 10 Km. Gempa tersebut juga dinyatakan tidak berpotensi tsunami dan guncangannya drasakan (MMI) III Ternate, II-III Manado, II-III Tahuna dan II-III Bitung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengatakan, sebelumnya BMKG menyatakan status peringatan dini tsunami pascagempa utama M 7,1 yang diakhiri pada pukul 01.45 WIB. BMKG juga memutakhirkan laporan adanya gelombang tsunami dengan ketinggian masing-masing 0,6 meter di Ternate (23.43 WIB), 0,9 meter di Jailolo (23.43) dan 0,10 meter di Bitung (00.08 WIB).
"Sementara ini belum adanya laporan kerusakan infrastruktur ataupun jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama TNI/Polri sedang berupaya melalukan kaji cepat terkait pascagempa tersebut," ujar Agus Wibowo.
Agus mengimbau, warga sekitar lokasi yang terdampak guncangan gempa diharapkan agar tidak panik dan tidak terpengaruh dengan kabar yang tidak benar dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
"Pastikan informasi yang resmi selalu bersumber dari instansi terkait seperti BMKG, BNPB, BPBD, Dinas Provinsi dan pihak berwajib lainnya," kata dia.
Lempeng Laut Maluku
Sementara menurut penjelasan Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, gempa yang terjadi di Halmahera Barat, Maluku Utara, merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam Lempeng Laut Maluku.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault. Guncangan gempa dirasakan di Bitung dan Manado IV-V MMI dimana guncangan dirasakan oleh hampir semua orang. Gempa juga dirasakan di Gorontalo, Halmahera, dan Ternate.
Laporan sementara ada kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah di Manado. Hasil pemodelan memang menunjukkan kalau gempa ini berpotensi tsunami dengan status ancaman WASPADA dengan estimasi tinggi tsunami kurang dari 0,5 m untuk daerah Minahasa Utara Bagian Selatan.
Hingga Jum’at, 15 November 2019 pukul 01.53 WIB, Hasil monitoring BMKG tercatat aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 28 kali, dengan magnitudo terbesar 5,9 dan terkecil 3,2.
Rekomendasi
Ditambahkan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, masyarakat diimbau agar tetap tenang karena peringatan dini tsunami telah dinyatakan berakhir. Bagi daerah yang mendapatkan Peringatan Dini tersebut dapat kembali ke tempat masing-masing.
Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada terhadap gempabumi susulan. Tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu dari sumber yang tidak jelas. Masyarakat diminta menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah.
Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user: pemda, pwd: pemda-bmkg) atau infobmkg.