Pelaku Bom di Medan Diduga Satu Kelompok dengan Penusuk Wiranto

TNI dan Polri mengeledah tempat pengajian Rabbial Muslim Nasution, pelaku bom bunuh diri di Markas Komando Polrestabes Medan, di Jalan Serdang Lingkungan II GHDL, Kelurahan Belawan 1, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.
Sumber :
  • VIVAnews/Putra Nasution

VIVA – Eks narapidana terorisme Khairul Ghazali menduga, pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Rabbial Muslim Nasution (24 tahun), masih satu kelompok dengan Syahrial alias Abu Rara, pelaku penusukan mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto, di Kabupetan Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu.

"Bisa jadi tujuannya, bisa aja memang kelanjutan dari apa yang terjadi di Banten waktu lalu (penusukan Wiranto)," ujar Ghazali saat dikonfirmasi VIVAnews, Jumat pagi, 15 November 2019.

Ghazali yang kini menjadi pemerhati terorisme mengungkapkan bahwa Rabbial dan Abu Rara merupakan anggota dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan berafiliasi ke ISIS.

Ghazali menjelaskan, proses aksi bom bunuh diri yang dilakukan Rabbial termasuk amatir dengan menggunakan daya bom yang sangat kecil. Namun, di balik itu semua harus diperhatikan adalah dampak teror yang diciptakan meski tidak ada korban jiwa dalam aksi tersebut.

Ia menganalisis, JAD ini merupakan kelompok yang berhubungan langsung dengan ISIS. Mereka ingin menunjukkan aksi balas dendam dari kematian pimpinan ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi, beberapa waktu lalu.

“Kemudian terkait balas dendam kematian Al Baghdadi Pemimpin ISIS,” kata Ghazali.

Ia pun, menuturkan, setelah Baghdadi tewas, ISIS mendeklarasikan pemimpin yang baru Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi. Pemimpin baru itu langsung mendeklarasikan jika kematian pemimpin baru itu bukanlah kekalahan. Teror akan terus berlanjut. Khususnya kepada Amerika.

“Dia menganjurkan kepada para Jihadis di seluruh dunia, untuk melakukan eksekusi kaum Musyrikin dan thogut (aparat) dengan menggunakan kekuatan yang ada. Sekali pun kekuatan itu berharga murah. Yaitu sebilah pisau. Jadi gak perlu pakai persenjataan atau bom yang besar,” jelas Ghazali.

Ia mengungkapkan, JAD memiliki target dalam aksi terornya, yakni aparat Kepolisian. Dengan itu, mereka akan terus menebar teror langsung kepada petugas Kepolisian hingga markas polisi. Ghazali mencontohkan seperti kasus penyerangan di Polsek Wonokromo, Surabaya, yang pelakunya berpura-pura membuat pengaduan dan berakhir dengan penusukan.

“Mereka masuk ke sarang-sarang yang mereka anggap musuh, kantor polisi atau pejabat negara. Tujuannya memang membunuh. Selain menunjukkan jika kelompok ini masih eksis.” [mus]