Jadi Rektor UII, Sardjito Tak Pernah Ambil Gaji

Rektor UGM bersama lukisan Sardjito.
Sumber :
  • Dok. UGM.

VIVA – Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Profesor Sardjito, Jumat, 8 November 2019. Sardjito mendapatkan gelar pahlawan nasional salah satunya karena kiprahnya di dunia pendidikan.

Semasa hidupnya, Sardjito menjadi rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM). Sardjito menjabat sejak tahun 1950 hingga 1961.

Setelahnya, Sardjito sempat pula menjadi Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) yang dulu bernama Sekolah Tinggi Islam. Sardjito menjabat Rektor UII periode 1964 hingga 1970.

Rektor UII Fathul Wahid mengatakan, selama menjadi Rektor UII, Sardjito dikenal sebagai sosok yang hebat. Bahkan, Sardjito tak pernah mengambil gajinya selama menjabat menjadi Rektor UII.

“Pak Sardjito juga sangat unik luar biasa. Beliau selama di UII tidak pernah mau menerima gaji. Tidak mau terima uang sidang. Bagi beliau memberi akan membuat kita menjadi kaya,” ujar Fathul, Jumat, 8 November 2019.

Fathul menjelaskan, selama menjabat sebagai Rektor UII, Sardjito dikenal pula sebagai sosok pelebat manfaat. Di masa kepemimpinan Sardjito, UII melebarkan sayapnya ke sejumlah daerah.

“UII asuhan beliau dari 1964-1970, Pak Sardjito membuka cabang UII di banyak kota. Ada fakultas kedokteran ada fakultas peternakan, teknik, dan farmasi sampai beliau meninggal di tahun 1970. Beliau saat itu belum menyelesaikan masa amanahnya, UII sudah tersebar di 8 kota dengan 22 fakultas. Itu adalah lebatnya buah yang ditanamkan Prof Sardjito,” ucap Fathul.

Fathul menerangkan, hanya saja saat itu pemerintah kemudian mengeluarkan regulasi baru. UII yang berkembang di banyak daerah di masa kepemimpinan Sardjito harus merelakan kampusnya di merger dengan kampus lain.

“Saat ini misalkan Fakultas Kedokteran di Solo bergabung dengan UNS menjadi Fakultas Kedokteran UNS. Ada juga tahun 50 an kita punya fakultas agama yang saat itu diminta oleh pemerintah akhirnya menjadi UIN Jogja,” terang Fathul.

Fathul menambahkan, di masa kepemimpinan Sardjito, status UII yang merupakan universitas swasta mendapatkan predikat disamakan. Predikat disamakan disebut Fathul merupakan tingkat tertinggi dari status universitas swasta.

"Saat itu jarang sekali universitas yang statusnya disamakan. Di zaman Pak Sardjito, status disamakan berhasil didapatkan UII," ucap Fathul.

Untuk mengenang jasa dan perjuangan Sardjito, UII pun mengabdikan namanya menjadi sebuah gedung. Nama Sardjito pun digunakan untuk gedung kuliah umum.