Iran Mulai Lagi Pengayaan Uranium, Program Bom Nuklir Berlanjut
- Freepik
VIVA – Iran mengumumkan mulai melakukan kembali pengayaan produksi uranium setelah Iran tak juga melihat adanya kemajuan perihal Perjanjian Nuklir antara negara tersebut dan negara-negara Barat.
Dilansir laman The Guardian, Kepala Badan Atom dan Energi Iran Ali Akbar Salehi mengatakan bahwa pengayaan uranium dilakukan hingga 5 kilogram per hari yang artinya bertambah hingga 450 gram dibandingkan dua bulan lalu. Pengumuman pengayaan uranium itu disampaikan bertepatan dengan peringatan 40 tahun Iran mengambil alih Kedubes AS di sana.
Kesepakatan mengenai nuklir yang biasanya didorong dengan pengayaan uranium tersebut semakin pelik sejak Mei 2018 lalu tatkala Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Nuklir.
AS justru makin menambah sanksi dan embargo terhadap Iran dalam berbagai bidang. Sementara Iran sejak awal tahun ini mengatakan bahwa komitmen Iran mengenai nuklir akan sangat bergantung pada kemajuan kesepakatan bersama dalam perjanjian tersebut. Iran antara lain meminta AS menarik sanksinya atau negara itu akan tetap melakukan pengayaan nuklir.
Produksi uranium di Iran bertambah dengan diperkenalkannya dua mesin drive fusi mutakhir yang salah satunya masih dalam tahap uji coba. Salehi lebih lanjut mengatakan bahwa Iran saat ini tengah mengoperasikan mesin IR-60 dengan tak adanya masa depan kesepakatan tersebut menurut mereka.
Dia juga mengatakan bahwa para insinyur dan pakar nuklir Iran kini tengah mengembangkan sebuah mesin prototipe yang disebut dengan IR-9 yang diprediksi bisa lebih cepat bekerja hingga 50 kali dibandingkan generasi IR sebelumnya.
Iran menyatakan sudah meninggalkan generasi IR-1 dan sudah menggunakan mesin model terbaru untuk menambah jumlah produksi. Diprediksi, mesin-mesin baru itu akan bisa mengantarkan Iran lebih cepat pada tahap penciptaan bom nuklir.
Sementara Uni Eropa belum mengeluarkan sikap resmi atas pernyataan Iran tersebut. Namun hingga saat ini Uni Eropa juga belum menunjukkan langkah maju terkait Perjanjian Nuklir 2015 yang mandek.