Kisah Opelet Mati Suri Tergerus Ojol

Abdul Munir, sopir opelet di Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sumber :
  • VIVAnews/ Ngadri (Pontianak)

VIVA – Abdul Munir, sopir angkutan kota (angkot), rute Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengeluh. Sudah beberapa tahun terakhir ini, penumpang kendaraannya menurun.

Angkot yang di wilayah tersebut kerap disebut opelet tergerus transportasi online, khususnya ojek online atau dikenal dengan singkatan ojol. "Penumpang sepi dan secara otomatis pendapatan kami turun. Bahkan nasib para sopir opelet bisa dibilang mati suri," kata Munir kepada VIVAnews, Rabu, 18 September 2019.

Dulu, opelet pernah menjadi primadona. Tapi sekarang, pesonanya mulai luntur. Opelet tidak diminati lagi lantaran ada transportasi online. Kini, sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan ojek online.

Munir mengungkapkan, untuk mendapatkan hasil Rp100 ribu per hari saja bukan hal mudah. Waktunya habis untuk menunggu penumpang. "Dalam satu hari saya bisa tiga kali pulang pergi (PP) dari Terminal Soedarso ke Sungai Raya membawa penumpang. Tapi pendapatannya tidak cukup untuk menutupi biaya operasional, hanya cukup untuk beli minyak dan makan siang," ujarnya.

Munir melakoni profesi sopir opelet setelah pensiun dini dari kantor Dinas Pekerjaan Umum sejak 2003 lalu. Itu lantaran dia mengalami musibah tabrakan di Sekayam, Kabupaten Sanggau. Akibat kecelakaan itu, satu tangannya terpaksa dipotong. Sementara kawan-kawannya yang lain meninggal dunia.

Dia hanya bisa bersabar pendapatannya menurun drastis. "Menghadapi situasi saat ini, kami hanya bisa bersyukur dan sabar karena hanya ini keterampilan dan keahlian saya," ujar Munir.