Tenang, Ini Antisipasi RI Bila Pasokan Minyak dari Aramco Berkurang

Dua fasilitas kilang minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais diserang drone.
Sumber :
  • Foto twitter

VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pemerintah sudah memiliki langkah antisipatif atas kurangnya pasokan minyak dari Saudi Aramco setelah diserang Drone (pesawat nirawak). Serangan yang diklaim dari kelompok pemberontak Houthi itu mengganggu produksi minyak Arab Saudi hingga 5,7 juta barel.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dari Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, mengatakan meskipun jatah impor sebesar 110 ribu barel tak terganggu, Indonesia tetap mencari cara untuk mengantisipasi kekurangan pasokan.

"Untuk antisipasi kita juga bisa membeli bagian KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang ada di sini. Kita kan nanti mau beli minyak Exxon juga, Pertamina nanti tanggal 20 kan pengapalan perdana. Tenang," kata Djoko di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa 17 September 2019. 

Dia mengatakan, selain dari ExxonMobil, perpanjangan kontrak pembelian dengan Chevron ke depan juga akan diperpanjang lagi. Saat ini, lanjut kontrak pembelian baru dilakukan dengan ExxonMobil. 

"Sementara baru yang Exxon 600-an ribu barel kalau enggak salah. ya yang perdana ini. ya sekitar itu lah (650 ribu)," kata dia. 

Dia mengatakan, kontrak pembelian itu juga berbeda setiap proses pengapalan. Karena, adanya perubahan harga minyak dunia. 

"Setiap pengapalan kita kontrak lagi. harganya kan beda. ini baru tahap pertama nanti tahap kedua kita negosiasi harganya lagi. Harga minyak kan soalnya cenderung tadi naik sedikit kan nanti negosiasi lagi," kata dia.

Pengiriman perdana dari ExxonMobil itu merupakan hasil produksi dari Lapangan Banyu Urip atau Blok Cepu. Dia juga berharap harga minyak ke depan tidak naik signifikan.

"Harga minyak yang tahu kan, nanti market yang putusin. mudah-mudahan enggak (naik) lah," katanya. (ren)