Cegah Illegal Fishing, 10.000 Kapal Ditarget Pakai Aplikasi E-Log Book

Ikan segar tangkapan nelayan Indonesia.
Sumber :
  • VIVAnews/FAO

VIVA –  Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong nelayan di Indonesia untuk menyampaikan log book penangkapan ikan secara regular. Hal ini agar data tangkapan menjadi lebih akurat, terkini, dan obyektif.  Untuk mengatasi kendala ketidakmampuan baca tulis di kalangan nelayan dan materi kertas yang rusak terkena air, DJPT telah meluncurkan aplikasi e-log book penangkapan ikan pada 1 November 2018. 

Sejak diluncurkan hingga 13 Agustus 2019, data dari DJPT mencatat jumlah kapal di atas 30 tonase kotor (gross tonnage/GT) yang telah mengaktivasi e-log book mencapai 3.750 kapal dan kapal berukuran di bawah 30 GT mencapai 2250 kapal.

Plt. Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Syahril Abdul Rauf menyatakan 10.000 kapal ditargetkan akan mengaktiviasi e-log book tahun ini sesuai komitmen pemerintah Indonesia saat Our Ocean Conference 2018. 

“Jika tidak (mengaktifkan), ijin operasional bisa dihentikan khususnya untuk kapal di atas 30 GT yang bersifat wajib,” ujar Syahril dalam persiapan sosialisasi e-book di Bogor, Jawa Barat. 

Untuk memperluas pengisian e-log book, KKP bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) didukung oleh Global Environmental Facility (GEF) dan Destructive Fishing Watch (DFW) dan akan melakukan sosialisasi dan pelatihan e-log book kepada 100 nelayan skala kecil di Cirebon, Indramayu, Pati, Cilacap, Lamongan dan Probolinggo dengan dukungan 60 fasilitator.
 
Seluruh enam lokasi terpilih terletak di kawasan Indonesian Sea Large Marine Ecosystem (ISLME). ISLME merupakan salah satu dari 66 ekosistem laut besar di dunia. Regional Coordinator Unit ISLME C.M. Muradharan memuji inisitif DJPT dalam pengadaan e-log book sebagai bentuk inovasi yang efektif dalam mendukung terjaganya sumber daya hayati di ISLME. 

“Seperti yang sudah diimplementasi di ISLME lainnya, infrastruktur data yang kuat akan mencegah praktik yang mengancam keberlanjutan semisal illegal fishing,” kata Muralidharan pada kesempatan terpisah.  

Sementara terkait e-log book yang dikembangkan oleh KKP, National Project Officer ISLME Muhammad Lukman menyampaikan arti penting inovasi bagi kawasan. 

“Temuan yang inovatif akan menjadi tantangan untuk mencapai pengelolaan yang cepat. E-log book ini akan menjadi andalan inovatif dalam kerangka mengoptimalkan nelayan skala kecil,” ujar Muh. Lukman, ISLME Nation Project Advisor dalam sambutannya. 

Syahril memperkirakan dari 525 ribu kapal penangkap ikan di perairan Indonesia, 99 persen adalah kapal di bawah 30 GT, dengan kapal di bawah 10 GT menjadi kelompok terbesar. Inilah alasan utama sosialisasi aktivasi e-log book menyasar mereka.  Data yang terkumpul dari e-log book selanjutnya akan terkoneksi dan terkoreksi sebagai data perikanan yang terbaharui tahunan bahkan bulanan. Dampak keberlanjutan dari data ini salah satunya adalah digunakan untuk penyusunan harvest strategy dalam menerapkan cara menangkap ikan yang baik dan benar dengan tetap menjaga kesejahteraan nelayan dan kelestarian laut. (ren)