Cairkan Suasana, Staf Khusus Presiden Traktir Makan Mahasiswa Papua
- VIVAnews/Nur Faishal
VIVA – Staf Presiden khusus wilayah Papua, Lenis Kogoya, menemui sejumlah mahasiswa, pemuda, dan tokoh asal Papua di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa sore, 20 Agustus 2019. Di aula Grahadi, Lenis mengajak mereka makan bersama penganan khas Papua antara lain makanan papeda.
Papeda adalah makanan sejenis bubur dari sagu khas Papua, juga di Maluku. Biasanya, kuliner ini disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Oleh karena itu warna kuah kuliner tersebut berwarna kekuningan dan menggugah selera. Sementara papeda terbuat dari bahan dasar sagu, bertekstur lengket dan bercita rasa unik kala dipadankan dengan panganan pendampingnya.
Di Grahadi, Lenis disambut oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Luki Hermawan. Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistianto Dardak, juga hadir. Sekira setengah jam melakukan pertemuan tertutup, para pejabat itu kemudian menemui mahasiswa dan pemuda Papua dia aula.
Lenis, Khofifah, Luki, dan Emil kemudian menyalami satu per satu warga Papua yang hadir. Lenis menyapa mereka dengan bahasa Papua. Ada satu wanita menjawab tengah kuliah di Universitas Airlangga dengan beasiswa. "Ayo kita makan papeda," ajak Khofifah kepada semua yang hadir.
Lenis datang ke Surabaya sebagai bagian langkah penyelesaian peristiwa kerusuhan di Papua dan Papua Barat pada Senin, 19 Agustus 2019. Diketahui, warga Papua marah sebagai protes atas gesekan massa dengan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang beberapa hari sebelumnya.
Di Surabaya, gesekan terjadi setelah muncul kabar perusakan bendera merah putih di depan Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan. Massa dari tiga OKP datang. Untuk mencegah bentrokan, polisi kemudian membawa 43 penghuni asrama ke Polrestabes Surabaya dan memintai keterangan mereka soal bendera.
Karena tak terbukti, mereka kemudian dipulangkan. Namun, isu hoax berkembang di medsos penangkapan itu berbuntut meninggalnya satu mahasiswa. Ada lagi menyebar kabar ucapan berbau SARA menyasar mahasiswa Papua saat gesekan terjadi. Itu pemicu rusuh Papua. Sampai sekarang, tak jelas betul siapa perusak bendera yang dituduhkan dan oknum yang meneriakkan kata SARA.