Memek, Kuliner Aceh yang Rasanya Legit dan Lembut
- VIVAnews/Dani Randi
VIVA – Ketika mendengar kata memek, mungkin yang terbayang dibenak ialah konotasi negatif. Namun, memek yang dimaksud ialah makanan khas di pulau paling barat Indonesia yaitu, Kabupaten Simeulue, Aceh.
Kuliner ini menjadi salah satu andalan makanan tradisional warga Simeulue. Makanan yang sudah melegenda ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) yang diusulkan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh-Sumut.
Memek terbuat dari beras ketan gongseng, pisang, santan yang sudah dipanaskan, serta gula dan garam. Proses pembuatannya cukup mudah. Setelah masak, memek dapat disantap dingin atau biasa.
Bentuknya seperti bubur yang ditaburi beras ketan yang telah digongseng. Rasanya enak, legit, rasa pisangnya terasa dan lembut jika dikunyah.
Wakil Bupati Simeulue, Afridawati, menyebutkan kuliner ini banyak dicari wisatawan yang datang ke Pulau Simeulue. Mereka penasaran dengan kuliner yang sudah ada sejak zaman penjajahan dulu.
"Banyak yang cari memek ini bahkan sudah sampai ke Jakarta. Mereka rata-rata penasaran dengan makanan khas Simeulue ini," kata Afridawati kepada VIVAnews, beberapa waktu lalu.
Nama memek berasal dari mamemek yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggigit. Namun saat ini masyarakat di Simeulue lebih populer menyebutnya sebagai memek.
"Jadi ini namanya memek. Enggak boleh diganti karena dari nenek moyang kami namanya yaitu memek," jelas Afridawati.
Selama ini, memek memang tidak setiap hari bisa dijumpai di pulau yang dikenal dengan penghasil cengkeh dan lobster itu. Soalnya, makanan ini biasanya disajikan pada bulan Ramadan. Pada bulan itu, hampir semua masyarakat membuat memek untuk disantap ketika buka puasa.
Jika hari biasa, makanan ini cukup sulit untuk ditemui. Bahkan, di lokasi jajanan di Pulau Simeulue jarang yang menjual memek. Jika ingin mencicipinya, pengunjung bisa memesan kepada warga di sana, yang rata-rata bisa membuat panganan ini.
Namun, membuat memek ini tidak begitu sulit. Hanya butuh waktu lima menit. Caranya, pisang matang dihancurkan hingga rata, kemudian ditaburi beras ketan yang telah digongseng dan taburi gula dan santan secukupnya.
Pembuatan memek, kuliner khas Simeulue, Aceh.
"Tapi kalau hari-hari biasa kalau dipesan ada juga. Karena ini bahannya santan jadi tidak tahan lama. Ini tidak pakai pengawet sehingga tidak ada efek samping saat dimakan," jelas Afridawati.
Kuliner memek ini dulunya digunakan oleh para nelayan yang ingin melaut. Karena cara pembuatannya yang mudah, nelayan tersebut hanya membawa bahan bakunya saja, pisang dan beras ketan yang sudah digongseng. Makanan ini digunakan untuk pengganti nasi.