8 Bulan Tak Digaji, Bidan Desa Tetap Kerja Meski Jalan Kaki 20 Km
- tekape.co
VIVA – Rosalina, bidan non PNS yang mengabdi di Puskesmas Pembantu (Pustu) Lauwo Mes, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, tidak menerima upah selama delapan bulan, terhitung sejak Januari hingga Agustus 2019. Padahal sejumlah rekan seprofesinya di Pustu yang sama, sudah menerima upah, Rp1,5 juta, setiap bulannya.
Sambil berlinang air mata, Rosalina menceritakan kisah pilu yang dialaminya. Berawal dari tuduhan yang dialamatkan padanya. Rosalina dituding telah membocorkan kepada orang lain, perihal permintaan Kepala Pustu, melalui grup WhatsApp yang meminta pegawai di Pustu tersebut, memilih caleg yang merupakan keluarga Kepala Pustu.
Rosalina membantah semua tuduhan yang dialamatkan padanya. Buntutnya, upah sebagai bidan non PNS, tidak dibayarkan, begitu juga sepeda motor operasional yang awalnya digunakan, sudah sejak lama juga ditarik. Tanpa kendaraan, dia setiap hari harus jalan kaki melalui jalan setapak kurang lebih sejauh 20 kilometer untuk bertugas.
"Alasan upah saya tidak dibayar, karena SPK-nya belum ditandatangani Kepala Pustu, tapi teman-teman yang lain, sudah terima," cerita Rosalina, Minggu 18 Agustus.
Meski merasa didiskriminasi, Rosalina tak putus asa, dia kemudian memberanikan diri menemui Bupati Luwu Timur, Thoriq Husler. Tapi, upaya itu sia-sia, beberapa kali dia mencoba bertemu, tapi selalu tidak membuahkan hasil.
"Minta tolong Pak Presiden Jokowi, tolong bantu saya, tolong perhatikan saya, dan sampaikan sama Pak Bupati, untuk bantu saya," ujarnya, saat ditemui tvOne di Pustu tempatnya bekerja.
Di mata warga Desa Lauwo, Rosalina adalah bidan yang tekun dan tidak pernah lalai dari tugas. Meski tidak pernah mendapat gaji, dia tidak pernah menerima pemberian uang dari masyarakat. Dia beralasan, warga yang datang ke puskesmas sudah jelas-jelas membutuhkan bantuan.
"Dia lebih mengutamakan tugasnya daripada kepentingan pribadinya," kata Ambo, Kepala Dusun Lauwo Mess.
Kabar bidan Rosalina tak diupah selama delapan bulan, viral di media sosial. Sejumlah netizen kemudian merasa kasihan dan prihatin dengan nasib yang dialaminya. Bahkan, salah seorang netizen di Luwu Timur, Erwin R Sandi, membuka donasi, untuk membayar upah Rosalina selama delapan bulan.
"Kita sangat prihatin, dengan alasan apapun, dan dengan dalil apapun, masalah ini tidak bisa didiamkan, Kapusnya harus bertanggung jawab," kata Erwin. Hingga Minggu malam, donasi yang sudah terkumpul untuk Rosalina, sudah mencapai Rp1,7 juta.
Dikonfirmasi terpisah, Wakil Bupati Luwu Timur, Irwan Bahri Syam, menyesalkan kejadian itu. Dia berjanji segera menuntaskan masalah tersebut. Dia belum bisa berbicara langsung dengan kepala puskesmas karena sedang dinas luar.
"Kapusnya sedang dinas luar, berikan saya waktu untuk segera menyelesaikan masalah ini," kata Irwan Bahri Syam.
Adapun Nurhafiah Hafid, Kepala Pustu Lauwo, membenarkan tidak memberikan uang honor kepada Rosalina selama delapan bulan. Itu terjadi sebab Rosalina tidak menandatangani SPK. Saat ini, dia mengaku sedang dinas luar daerah.
"Bagaimana bisa upahnya dibayar kalau dia belum tanda tangani SPK-nya," kata Nurhafiah.
Laporan : Haswadi, tvOne Luwu Timur