Pandemi COVID-19, Keamanan Siber Harus Jadi Fokus Elemen Bangsa

Ilustrasi keamanan siber.
Sumber :
  • HIMSS

VIVA – Wakil Sekjen Asosiasi Advance Simulator and Technology (Asitech) Indonesia, Thalhah Fakhrizal menegaskan, keamanan siber (onilne) mesti jadi fokus perhatian setiap elemen anak bangsa. Karena, bekerja di rumah (Work from Home/WfH) akan jadi keniscayaan di masa pandemi COVID-19, yang masih belum bisa dikendalikan penyebarannya. 

“Praktek zoombombing akan makin banyak terjadi. Zoombombing hanyalah salah satu kasus keamanan siber di webinar dan video conference, karena masih bisa terjadi kasus-kasus yang lebih berbahaya lainnya seperti pencurian data dari perangkat pengguna dan masuknya malware ke perangkat pengguna tanpa disadari,” kata Thalhah Fakhrizal kepada VIVA, Minggu 7 Juni 2020.

Menurut Thalhah, isu-isu terkait keamanan siber masih kurang diperhatikan pengguna aplikasi daring (dalam jaringan) di Indonesia. Seperti kejadian teranyar, pengambilalihan atau pembajakan wewenang host webinar yang digelar Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki, Malang, Jawa Timur, Kamis 4 Juni lalu.

Dimana, saat rekaman pidato Wapres RI, KH Ma’ruf Amin ditayangkan panitia, mengalami gangguan berupa coret-coretan tak beraturan berwarna merah dan biru secara bergantian. Padahal, awalnya Diskusi bertema 'Ekonomi Syariah di Indonesia: Kebijakan Strategis Pemerintah Menuju New Normal Life' tersebut berjalan lancar, termasuk ketika mulai menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan Rektor UIN, hingga sambutan Staf Khusus Wapres.

Thalhah menjelaskan, tak hanya praktek zoombombing, server aplikasi-aplikasi daring yang tersedia gratis tersebut semuanya berlokasi di luar negeri. Hal ini berkonsekwensi pada tidak bisanya otoritas keamanan siber Indonesia, melakukan audit security. 

“Kondisi ini, akan membuat kita sampai kapanpun, tidak punya visibility terhadap seberapa baik tingkat keamanan aplikasi online yang tersedia, baik yang gratis maupun berbayar,” tegasnya. 

Parahnya lagi, lanjut dia, aplikasi tersebut ternyata memanfaatkan situasi di mana mayoritas pelanggan yang membutuhkan, jadi objek penelitian demi penyempurnaan produk tersebut. Dalam dunia bisnis digital, ini dikenal dengan istilah “user experience” (pengalaman pengguna). 

“Makin besar user experience sebuah produk, maka makin cepat produk tersebut menjadi matured (matang). Pandemi telah memberi keuntungan tersendiri, karena user experience berkembang secara global,” paparnya.

Situasi darurat yang hampir melanda seluruh negara di belahan dunia saat ini, terangnya, akan membuat tidak banyak orang peduli, terhadap keamanan siber saat melakukan komunikasi secara visual. Apalagi terhadap penyalahgunaan data, karena terbiasa dengan pola pikir jangka pendek. 

***

Siap Berkolaborasi

Sementara itu, Dewan Pengarah Asitech, Alex Indra Lukman memastikan, ASITech Indonesia siap mendukung dan jadi wadah kolaborasi dan sinergi sumber daya dalam negeri untuk akselerasi menjawab tantangan New Normal Indonesia yang lebih efisien dan berdaya saing. 

“Saat ini, sudah ada anggota ASITech yang fokus pada pembuatan aplikasi video conference. Kementrian Perindustrian, merupakan salah satu instansi pemerintah yang bersedia untuk mengujicoba produk tersebut dalam beberapa webinar mereka,” kata Alex.

Alex berharap, semua instansi pemerintah mendorong penggunaan aplikasi karya anak bangsa. “Terlepas dari segala kekurangan saat ini, percayalah, dengan bonus demografi yang besar, harusnya semua produk digital yang lahir di Indonesia dapat segera mencapai level matured dengan user experience yang besar minimal dari pengguna dalam negri yang jumlahnya mencapai ratusan juta,” harapnya. 

“Minimal, mendapat tempat terbaik di dalam negri. Salah satu aplikasi video conference yang dimiliki anggota Asitech bernama “on air” yang sudah mulai dikemas dalam bentuk paket WfH (Work from Home), LfH (Learn from Home),” ujar Alex.

Baca juga: MS Hidayat: Indonesia Harus Recovery Secara Serius Pasca Pandemi