Jokowi Akui Ekonomi Lesu, Pendapatan Warga Turun Akibat Corona
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Presiden Jokowi mengakui bahwa kelesuan ekonomi mulai dirasakan masyarakat. Ini karena wabah virus corona atau covid-19 memengaruhi tingkat pendapatan masyarakat di berbagai daerah.
Jokowi menyampaikan sejumlah daerah, terutama yang terkena dampak dari kelesuan ekonomi ini adalah para pekerja informal. Mereka bisa mengalami penurunan pendapatan hingga 25 persen.
"Mengenai penurunan pendapatan dari setiap provinsi yang ada, ini saya berbicara skenario sedang saja. Misalnya provinsi, kalau skenarionya sedang yang terparah nanti akan berada di Nusa Tenggara Barat akan ada penurunan pendapatan kurang lebih 25 persen," kata Jokowi dalam arahannya kepada seluruh gubernur lewat rapat telekonferensi, Selasa 24 Maret 2020.
Jokowi bilang, di NTB, dengan kondisi seperti ini akan bertahan sampai bulan September. Begitu juga daerah lain. Presiden menyatakan, kondisi ekonomi di Kalimantan Barat juga mengalami penurunan. Petani dan nelayan di provinsi tersebut ikut berdampak. Akan ada penurunan pendapatan sampai 34 persen dengan daya tahan Oktober sampai November.
Kemudian pedagang mikro pedagang kecil, kalau skenarionya sedang. Tapi yang berat adalah di Kalimantan Utara dengan penurunan pendapatan sampai 36 persen dan kemampuan bertahan di Agustus sampai Oktober," ujarnya.
Presiden Jokowi meminta para kepala daerah menyiapkan stimulus bagi para pekerja informal. Diharapkan baik pemerintah pusat hingga daerah memangkas anggaran kegiatan yang tidak perlu seperti seminar, pertemuan dan perjalanan dinas. Jokowi meminta, uang kas yang dihimpun dari pajak rakyat digunakan untuk fokus pada penanganan corona dan mitigasi ekonomi.
"Tolong diarahkan agar program-program itu bisa semuanya menjadi program padat karya tunai. Ini untuk mempertahankan daya beli masyarakat, program padat karya tunai, harus diperbanyak, harus dilipatgandakan tetapi tetap harus mengikuti protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan COVID-19," ujarnya.
Jokowi menambahkan, provinsi yang paling parah terpukul terdapat di Sumatera Utara. Tukang ojek dan sopir angkot mengalami penurunan penghasilan sampai 40 persen.
Kemudian untuk sopir angkot dan ojek yang paling berat di Sumatera Utara ini turunnya sampai 40 persen. Ia mendorong, fokus anggaran lebih kepada bantuan sosial dan menggairahkan usaha kecil demi menjaga ekonomi negara.
"Refocussing dan realokasi anggaran yang ada. Kalau kita bekerja secara detail, di lapangan juga kita ikuti, saya meyakini sekarang ini masyarakat sudah mulai bergerak, provinsi-provinsi juga," katanya.