Kisah Ajaib Mbah Sudiro, Kuncen Makam di Tragedi Maut SMPN 1 Turi
- Fb Prastiawan Buntoro
VIVA – 10 murid Sekolah Menengah Pertama Negeri atau SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, meninggal dunia dalam tragedi susur sungai di Kali Sempor.
Operasi SAR guna mencari dan menyelamatkan para korban secara besar-besaran digelar di lokasi bencana. Sebab, tercatat lebih dari dua ratus murid yang terbawa hanyut luapan sungai yang berhulu ke Gunung Merapi itu.
Siang dan malam tim SAR dari berbagai elemen saling bahu membahu untuk bisa secepatnya menemukan dan menyelamatkan para korban.
Namun, di balik tragedi itu, ada sebuah kisah ajaib yang terjadi. Kisah ini diungkapkan Pristiawan Buntoro, salah satu anggota SAR yang tergabung dalam Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Pristiawan mengisahkan, ada seorang kakek yang berjasa besar dalam tragedi di Kali Sempor itu, dia bernama Mbah Sudiro. Beliau warga Dukuh Donokerto, Turi, Sleman.
Diceritakannya, Mbah Sudiro sudah berusia 71 tahun dan dia merupakan juru kunci alias kuncen dari makam yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Saat air bah menghanyutkan ratusan murid anggota Pramuka itu, Mbah Sudiro sedang menjalankan tugas di makam. Meski sudah uzur tapi ternyata pendengaran si mbah masih sangat tajam.
Sayup-sayup dia mendengar suara jeritan minta tolong dari Kali Gempor. Seketika itu juga dia bangkit dan belari sekencangnya menuju ke kali dan langsung nyebur menyelamatkan korban.
Yang anehnya setelah semua itu berlalu, Mbah Sudiro sampai tak percaya bahwa dirinya mampu berlari sangat kencang. Padahal tubuhnya sudah renta.
Selain Mbah Sudiro, ada juga seorang pahlawan lainnya yang menurut Pristiawan telah diutus tuhan untuk menjadi penyelamat di tragedi susur sungai.
Dia adalah Mas Darwanto atau warga setempat akrabnya menyapa Mas Kodir. Dia merupakan orang yang paling banyak menyelamatkan korban dari terjangan air bah.
Ketika tragedi itu terjadi, Mas Kodir memang sedang berada di sekitar aliran kali. Karena memang kesehariannya bekerja sebagai pencari ikan di Kali Gempor.
Dalam kondisi darurat itu Mbah Sudiro dan Mas Kodir berjuang melawan derasnya air bah untuk bisa menyelamatkan nyawa para korban.
Begitulah kisah Mbah Sudiro dan Mas Kodir seperti dikutip VIVA.co.id dari halaman Facebook Pristiawan.
Baca: Langit Kota Suci Mekkah Mendadak Gelap, Kabah Diguyur Hujan Deras