Tak Melaut, Ini yang Dijalankan Nelayan Lamongan untuk Bertahan Hidup
- timesindonesia
Para nelayan di Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, ternyata sudah absen melaut cukup lama, akibat gelombang tinggi.
"Mulai tanggal 31 Desember 2019," ujar Dwi Novian, Ketua Paguyuban Nelayan Payang Brondong, Selasa, (14/1/2020).
Gelombang tinggi yang membuat nelayan Brondong tidak melaut sesuai dengan pengumuman dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), melalui Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, pada 11 Januari lalu.
"Sesuai hasil internet BMKG ataupun aplikasi lainnya yang sejenis, masih tinggi gelombang dan anginnya," kata Vian sapaan akrab Dwi Novian.
Surat peringatan tersebut berisi tentang perkiraan akan terjadinya gelombang tinggi untuk wilayah perairan Jawa Timur. Surat peringatan tersebut berlaku mulai tanggal 12 Januari 2020 pukul 07.00 WIB hingga tanggal 13 Januari 2020 pukul 07.00 WIB.
Surat peringatan tersebut dikeluarkan sejak adanya sirkulasi eddy yang terjadi di wilayah perairan barat Aceh. Sirkulasi tersebut mengakibatkan pola kecepatan angin baik wilayah utara maupun selatan Indonesia antara 4 hingga 25 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya adalah wilayah laut Jawa bagian Timur. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
Beberapa wilayah perairan di Jawa Timur yang diperkirakan dapat terjadi gelombang sedang antara lain wilayah laut Jawa utara dan selatan Bawean, laut Jawa barat dan timur Masalembo, perairan wilayah Tuban, Lamongan, Perairan Gresik, Surabaya, perairan utara Madura, Perairan kepulauan Sapudi dan Kepulauan Kangean serta selat Madura bagian barat dan timur dengan tinggi gelombang dari 1,25-2, 5 meter.
Sedangkan untuk gelombang ketegori tinggi dapat terjadi di wilayah perairan selatan Jawa Timur dan samudra Hindia bagian selatan Jawa Timur dengan tinggi gelombang antara 2, 5 m hingga 4 meter.
"Kalau di sini kelihatannya gelombang 0,5 - 1 meter mas kelihatan, tapi gak tau di laut tengah sana, ya mungkin bisa 2-3 meteran. Biasanya di tengah lebih tinggi ya. Kecepatan angin sampai 20 knot," tutur Vian.
Namun, Vian menjelaskan, gelombang tinggi dan angin kencang di laut Jawa, biasanya akan bertahan hingga akhir bulan Januari 2020 mendatang.
"Biasanya sesuai pengalaman dulu-dulu selesai Imlek baru selesai," ucap Vian yang juga menjabat sebagai Sekretaris Rukun Nelayan Brondong.
Nah, selama absen melaut selama satu bulan, para nelayan terpaksa harus mengorbankan barang-barang berharganya. "Iya mas, ya untuk kebutuhan sehari-hari ya mungkin jual barang-barang berharga, HP, emas, gadai motor," ujarnya.
Bahkan, tambah Vian, para anak buah kapal (ABK) terpaksa meminjam uang ke para juragannya. "Kalau ABK ku ya pinjam uang, hutang ke pemilik kapal untuk kebutuhan sehari-hari," ucapnya.
Di tempat terpisah, Kepala BPBD Kabupaten Lamongan, Mugito, menuturkan kondisi tingginya gelombang laut biasanya disertai dengan munculnya angin barat di sekitar selat Jawa.
Selain itu adanya efek arah angin siklon dari selatan juga termasuk membawa angin basah, yang menimbulkan peluang terjadinya curah hujan tinggi.
“Jadi memang perlu diwaspadai, utamanya bagi masyarakat nelayan atau masyarakat yang bepergian menggunakan transportasi laut (kapal), termasuk Lamongan yang memiliki pelabuhan SDP untuk selalu waspada," katanya.
Ia pun mengimbau nelayan di wilayah Lamongan diperkirakan dapat terkena dampak gelombang tinggi dihimbau untuk selalu waspada dan tetap menjaga keselamatan pelayaran. "Apalagi kemarin tanggal 11 baru saja terjadi gerhana. Awalnya kondisi pasang surut, begitu gerhana terjadi air laut menjadi pasang naik,“ tutur Mugito. (*)