Memprihatinkan, Ruang Kelas di MI Misbahus Sudur Pamekasan Tak Layak
- timesindonesia
Sejumlah siswa RA, MI, dan TPA Misbahus Sudur di Desa Banyupelle, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur belajar di ruang sekolah yang tidak layak huni.
Pantauan di lapangan, ruang kelas yang menjadi tempat sejumlah siswa itu belajar, beralas semen, berdinding gedek yang bolong-bolong, beratap genting merah dan berpenyangga kayu yang tampak sudah hampir lapuk.
Mirisnya, ruang kelas tempat mereka belajar berhadapan dengan pemakaman umum warga setempat. Bahkan pemakaman umum itu seringkali menjadi tempat para siswa-siswi tersebut bermain ketika jam istirahat.
Tak hanya itu, bel kelas yang menjadi penanda sebagai jam istirahat, memakai pelek mobil bekas yang digantung pada batang pohon mangga yang berada di depan ruang kelas serta berpengait rantai sepeda motor yang karat.
Di ruang kelas, juga tak terlihat bangku dan meja sama sekali. Sejumlah siswa itu belajar dengan duduk bersila dengan alas berlantai semen.
Kepala Sekolah Lembaga Misbahus Sudur, Ramo (48) mengatakan, jumlah siswa yang mengenyam pendidikan di lembaga tersebut sebanyak 119 siswa.
Di lembaga itu terdapat enam kelas. Dari enam kelas tersebut terdiri dari jenjang pendidikan RA, MI, dan TPA. Ketiga jenjang pendidikan itu pun dijadwalkan berbeda.
RA dan MI dari pagi sampai sore, sedangkan TPA dijadwalkan malam hari karena keterbatasan kelas dan keterbatasan tenaga pendidik.
"Guru di sini totalnya ada 16, dan dari jumlah itu dibagi ngajarnya, di bagi enam kelas," katanya.
Ramo menceritakan, sejak ruang kelas itu berdiri sekitar tahun 1983, awalnya alas yang menjadi tempat duduk siswanya belajar tidak di semen. Meski saat ini sudah di semen, tak ada penambahan meja dan kursi.
"Alas yang menjadi tempat duduk mereka ini baru di semen 2017. Sedang kalau kondisi bangunannya ini tetap seperti ini. Cuma ada penambahan semen saja dibagian lantainya, supaya siswa kalau belajar tidak terkena debu," ucapnya.
Ramo mengutarakan, jika hujan lebat proses belajar mengajar dipastikan terganggu. Ini karena atap genting dan dinding gedek yang bocor, air hujan masuk seketika, lalu membanjiri seluruh ruang kelas.
"Kalau hujan ditaruh di Musalla. Saya pernah ngajar saat itu musim hujan, saat pelajaran berlangsung tiba-tiba hujan lebat turun, ya akhirnya airnya masuk ke dalam ruang kelas. Baju kami semua basah, lalu dengan sendirinya semua siswa keluar berhamburan berteduh di Musalla," ungkapnya sembari berkaca-kaca.
Ramo mengaku pernah berdiskusi dengan semua wali murid untuk membicarakan terkait sarana dan prasana sekolah agar lebih baik demi menunjang nyamannya dalam pembelajaran. Namun dari pihak sekolah memahami, jika rata-rata dari para wali murid yang sekolah di lembaga itu terbilang tidak mampu.
"Gak enak juga yang mau minta uang karena kami melihat, rata-rata dari para wali murid itu tidak mampu," ungkap Kepala Sekolah Misbahus Sudur, Ramo.