Desa di Banyuwangi Adakan Festival Kampung Digital
- timesindonesia
Hidup di era modern membuat tuntutan pelayanan terhadap masyarakat harus serba cepat dan tepat. Hal ini diwujudkan dan ditampilkan oleh beberapa desa di Kabupaten Banyuwangi dalam Festival Kampung Digital 2019 di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron, Kecamatan Genteng.
Desa-desa di ujung timur Pulau Jawa ini berbondong-bondong menciptakan berbagai inovasi pelayanan publik berbasis digital, seperti e-village budgeting, self service dan sistem aplikasi posyandu dengan pencatatan elektronik (siap cantik) dan sebagainya.
Festival Kampung digital dilaksanakan mulai 3-4 September 2019. Selain menampilkan pameran inovasi antar desa, kegiatan ini juga terdapat digital class, pameran booth, lomba website kreatif desa dan lomba foto instagram.
Banyuwangi sendiri telah menerapkan smart kampung sejak tahun 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan publik. Saat ini sebanyak 181 desa di Banyuwangi telah dilengkapi fiber optik.
"Ini merupakan harapan pemerintah bahwa digitalisasi ekonomi ini bisa dikembangkan sampai desa, inovasi yang ditampilkan ini inovasi yang sudah jalan, inovasi ini bukan ngimpor dari daerah lain tetapi semua inovasi ini murni dari desa di Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Selasa (3/9/2019).
Anas menuturkan dengan program smart kampung sangat membantu masyarakat dan pemerintah. Program digitalisasi ini sudah mulai menunjukkan hasilnya dengan dasar ekosistem ekonomi digital kreatifnya terbangun dan beberapa desa sistem pelayanan digitalnya nyaris sempurna.
"Oh terbantu sekali! Kepuasaan rakyat meningkat, komplain-komplain dengan cepat teratasi. Tetapi satu yang masih belum bisa tertasi dengan cepat, saya ingin jujur soal e-ktp masih menyisahkan masalah karena blanko yang dikirim dari pusat terbatas," kata Anas.
Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Kominfo) Kabupaten Banyuwangi Budi Santoso menyampaikan program smart kampung merupakan solusi percepatan kepengurusan pelayanan masyarakat ditingkat desa sekaligus meningkatkan mutu pelayanan karena jarak desa ke pusat kota menyita waktu yang lama.
"Kegiatan ini bertujuan bagaimana infrastruktur digitalisasi ini bisa bermanfaat bagi masyarakat desa, bukan untuk main game saja tetapi juga untuk kegiatan-kegiatan positif dan produktif," ujarnya.
Budi menjelaskan terdapat 14 kriteria desa layak smart kampung diantaranya ada front office, infrastruktur free wifi, layanan berbasis online, ruang-ruang pemberdayaan masyarakat (ruang pendopo beralih fungsi untuk pelatihan masyarakat).
"Saat ini mesin self service terdapat diseluruh desa di kecamatan Genteng, Singojuruh, Blimbingsari, Rogajampi (dua desa yang belum), dan beberapa desa di Kecamatan Licin," ungkapnya.