Habitat Burung Rangkong Gading Terancam, Ini Fakta Penyebabnya

Rangkong (enggang)
Sumber :
  • rangkong indonesia

VIVA – Indonesia dijuluki sebagai negara mega biodiversity karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menyedihkannya tingkat kehilangannya pun juga sangat pesat. Di Kalimantan Barat, berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN),  spesies rangkong gading saat ini terancam punah. 

Kepunahan Rangkong Gading atau di Kalimantan dikenal dengan nama Enggang Gading ini, memang sudah sangat memprihatinkan. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan tingkat populasi rangkong gading (Rhinoplax vigil) terbesar di Asia.

Saat ini semua jenis enggang atau rangkong gading di Indonesia dikategorikan sebagai jenis yang dilindungi sesuai dengan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Eksosistemnya dan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis TSL. Namun populasi satwa ini ternyata tidak lepas dari berbagai ancaman. 

“Saat ini di Indonesia ada 13 jenis rangkong dan semua dilindungi. Namun 80 persennya terancam punah,” kata Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia, saat media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta. Berikut ini sejumlah fakta yang menyebabkan makin punahnya rangkong (enggang) gading. 

Simbol kebudayaan 

Enggang Gading di Kalimantan memang dikenal sangat kuat budayanya apalagi spesies dijadikan sebagai ikon Kalimantan Barat.  Dikarenakan kuatnya budaya dan adat istiadat, maka perburuan masih terus terjadi yang dilakukan dengan alasan untuk adat.

Perubahan pola perburuan

Namun seiringi dengan waktu, terjadi perubahan pola perburuan Rangkong Gading. Saat ini perburuan sudah mengarah ke perdagangan dan diperjualbelikan secara ilegal. Bahkan penjuala pun mulai dilakukan secara online. 

Hilangnya habitat hutan 

Mulai berkurangnya habitat hutan juga menjadi penyebab keberadaan rangkong gading makin berkurang. Di mana tempat hidup rangkong gading adalah di lubang pohon. Devorestasi inilah yang membuat pemburu juga makin mudah mendapatkan rangkong.

Apalagi perilaku rangkong yang tidak terlalu toleran dengan hutan sekunder, karena hutan ini tidak menyediakan pohon besar untuk lubang sarang.