Cara Media Konvensional Jawab Tantangan Era Digital

Regional Conference
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Adinda Purnama Rachmani

VIVA – Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Ninuk Mardiana mengungkapkan, tantangan dalam transformasi digital secara umum dapat dibagi dua, yaitu tantangan dari luar dan dari dalam ruang redaksi.

Hal itu dikemukakan Ninuk dalam acara Regional Conference "The Biggest Challenge of Journalism in Digital Era", di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 6 Agustus 2019.

Tantangan dari luar secara umum adalah menurunnya pendapatan perusahaan media, di tengah melimpah ruahnya informasi yang didapat secara gratis. 

Laporan Reuters Institute Digital News Report 2019 dalam survei di hampir 40 negara menyimpulkan, di hampir semua negara yang disurvei, perusahaan media semakin condong untuk mengembangkan konten berbayar dalam bentuk langganan, keanggotaan, atau bentuk lain di mana pembaca menyumbang dana. 

Menurut Ninuk, ketika membicarakan mengenai bagaimana media cetak menghadapi perubahan yang diakibatkan teknologi digital, pertanyaan yang kerap diajukan adalah bagaimana bertahan di era disrupsi digital.

Salah satu contoh yang sering digunakan untuk menjelaskan keberhasilan transformasi menuju era baru adalah New York Times (NYT). Berawal dari media cetak, NYT bertransformasi ke digital sejak 2011. Koran ini dengan sadar memilih mengembangkan media digital berbayar untuk mendapatkan pendapatan yang tetap dari pelanggan. 

"Saat ini NYT memiliki 2,7 juta pelanggan digital dan lebih satu juta pelanggan koran. Di Amerika Serikat, media konvensional yang didistribusikan secara digital juga ada Washington Post (Wapo), dengan 1,7 juta pelanggan," ujar Ninuk.

Selain itu, Ninuk mengatakan, tidak semua media cetak berhasil bertransformasi dengan mulus seperti kedua media tersebut. 

Salah satu yang menjadi contoh adalah L.A. Times, koran metropolitan terbit di California. Pada tahun 2002 ketika semua media masih terbit secara cetak, NYT memiliki tiras 1,1 juta dan Wapo sebesar 746,7 eksemplar. Tiras L.A. Times berada di antara keduanya, sebesar 965,6 eksemplar.

Ketika terjadi disrupsi digital dan L.A.Times berupaya melakukan transformasi ke arah digital, hasilnya belum menggembirakan meskipun banyak langkah dilakukan, termasuk investasi modal yang ditanamkan oleh pemilik barunya. 

"Gambaran di atas tidak asing. Ada media cetak yang sukses bertransformasi, tetapi ada yang hasilnya belum menggembirakan seperti dialami L.A. Times. Pertanyaan, apa yang membuat NYT berhasil. Kita dapat mengandaikan bahwa keduanya memiliki konten yang sama berkualitas, meskipun yang satu koran umum sementara L.A.Times lebih merupakan media berita metropolitan," ujarnya.