Tangkuban Parahu Belum Stabil, Konsentrasi Gas Cenderung Naik

Gunung Tangkuban Perahu di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami erupsi alias meletus pada pukul pukul 15.48 WIB, Jumat, 26 Juli 2019.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Badan Geologi melaporkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu di Bandung, Jawa Barat, belum mereda. Gunung itu erupsi lagi pada Kamis malam, 1 Agustus 2019, setelah sempat mereda usai erupsi enam hari sebelumnya.

Berdasarkan catatan Badan Geologi, erupsi pada Kamis malam, terjadi pukul 20.46 WIB, dengan tinggi kolom abu, teramati lebih-kurang 180 meter dari dasar kawah. Kolom abu teramati berwarna kelabu condong ke arah utara dan timur-laut.

Erupsi serupa terjadi lagi empat jam setelahnya, atau Jumat dini hari. Kolom abu tak teramati, karena cukup gelap, namun erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 milimeter dan durasi lebih-kurang tiga menit enam detik. Erupsi kembali terjadi pada pukul 01.45, 03.57, dan 04.06 WIB.

"Secara deformasi, pascaerupsi 26 Juli 2019, Gunung Tangkuban Parahu masih mengalami inflasi kecil bersifat lokal. Data deformasi masih mengindikasikan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu belum stabil," tulis Badan Geologi, sebagaimana dikutip dari siaran persnya di Vsi.esdm.go.id.

Secara geokimia gas, menurut Badan, pascarupsi 26 Juli 2019, di area sekitar Kawah Ratu menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi gas vulkanik H2S dan cenderung menurun. "Namun pengukuran gas tanggal 31 Juli dan 1 Agustus 2019 menunjukkan konsentrasi gas masih berfluktuasi dan cenderung naik."

Badan mengingatkan ancaman bahaya kini berupa hujan abu serta embusan gas vulkanik dengan konsentrasi berfluktuasi di sekitar Kawah Ratu yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa pengunjung, pedagang, masyarakat sekitar. Erupsi freatik dan hujan abu di sekitar kawah berpotensi terjadi  tanpa ada gejala vulkanik yang jelas.

Masyarakat di sekitar Tangkuban Parahu dan pengunjung/wisatawan/pendaki diperingatkan tidak mendekati kawah dalam radius 1,5 kilometer dari kawah aktif. Masyarakat juga harus mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas-gas vulkanik dan tidak berlama-lama berada di sekitar kawah agar terhindar dari paparan gas.

Masyarakat, wisatawan, pendaki, dan pengelola Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.

"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu, tetap memperhatikan perkembangan kegiatan Guung Tangkuban Parahu yang dikeluarkan oleh BPBD setempat dan selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat."