Ecoprint, Batik Madura Ramah Lingkungan
- timesindonesia
Batik Ecoprint merupakan batik Madura yang membawa visi ramah lingkungan. Ini karena, batik ecoprint menggunakan bahan pewarna dari alam.
Habibi, pengrajin batik Ecoprint di Dusun Badung Tengah, Desa Badung, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur menyampaikan bahwa pewarna batik tersebut memanfaatkan benda-benda seperti daun jati, daun Pepaya serta daun yang ada di sekitar rumahnya.
"Semua daun bisa dibuat warna batik Ecoprint tapi yang paling bagus daun jati,"ungkap pria yang murah senyum itu, Sabtu (27/7/2019).
Pria kelahiran Desa Badung ini , menceritakan bahwa dirinya menjadi pengrajin batik Ecoprint kurang lebih satu bulanan. Dirinya membuat batik dalam kondisi keterbatasan ekonomi.
"Alhamdulillah kain batik Ecoprint yang sudah laku terjual sekitar 7. Pembelinya ada yang dari Malaysia ada juga yang dari luar Madura,"sambungnya.
Untuk harga, Habibi mematok mulai dari harga Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu. "Rencana kalau punya uang nanti mau membeli kain yang agak mahal lagi agar jualnya juga lebih mahal," ucapnya.
Habibi menyampaikan, ia sengaja menggunakan dedaunan yang ada di sekitar rumahnya karena memang ingin membuat batik ramah lingkungan, dengan seminimal mungkin menghindari bahan kimia untuk pewarnanya.
"Batik Ecoprint pewarnanya menggunakan teknik cetak, yang diaplikaskan ke kain kanvas atau kain katun yang mampu menyerap warna dengan baik," ucapnya.
Dalam memberikan warna, Habibi memakai beberapa teknik, yaitu dengan menata daun atau bunga pada selembar kain kemudian menggulungnya di sekeliling batang kayu.
Selanjutnya, yang paling sederhana yaitu memukulkan daun atau bunga ke atas kain menggunakan palu kemudian dikukus. "Kain dikukus selama 1 jam. Lebih lama lebih bagus jadinya," beber Habibi, perajin batik ecoprint dari Desa Badung yang memanfaatkan daun sebagai bahan pewarna. (*)