Ulama Al-Azhar Mesir Kagumi Perkembangan Islam di Indonesia

Kunjungan mantan rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Prof. Dr. Ibrahim Salah Elsayed Soliman Elhodhod di Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Seorang ulama kaliber dunia yang juga mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Syekh Prof. Dr. Ibrahim Salah Elsayed Soliman Elhodhod, mengagumi pertumbuhan Islam di Indonesia, khususnya di Banyuwangi.

Hal tersebut diungkapkannya saat bertamu di Pendapa Banyuwangi. Dihadapan tokoh-tokoh agamis dan ulama, serta para undangan, Profesor tersebut memberikan sedikit ceramah kepada para tamu.

Dalam ceramahnya, Syekh Ibrahim mendukung terus upaya kalangan ulama di Tanah Air dan Banyuwangi untuk menjaga paham Islam cinta damai. Islam cinta damai, yang dimaksud oleh Syekh Ibrahim tersebut tak lain adalah bentuk dari Islam Rahmatan lil Alamin.

"Islam itu rahmat bagi semesta alam. Alam ini, mencakup semua hal. Tak hanya orang Islam. Semua umat manusia, binatang, dan tumbuhan juga harus merasakan rahmat Islam," katanya.

Meskipun secara universal, Al-Azhar merupakan kampus Islam, namun pada kenyataannya tidak menutup diri terhadap ilmuwan non-muslim.

Ia mencontohkan bagaimana dulu Al-Azhar menerima Musa bin Maimun (1135-1204 M) yang tak lain adalah seorang Rabbi Yahudi. Namun, karena wawasan tentang ilmu kedokteran yang begitu mendalam, hingga akhir hayatnya Musa diberikan keleluasaan mengajar di Al-Azhar.

"Sampai saat ini, banyak para orientalis yang riset dan keluar masuk masjid di Al-Azhar. Meski demikian, kita juga tidak mengusik mereka yang tak mau masuk Islam," katanya.

Syekh Ibrahim berpesan, keragaman agama, suku dan bahasa di Indonesia adalah sebuah anugerah yang harus dijaga. Jangan sampai hancur berantakan karena sikap ta'ashub umat Islam itu sendiri. Kedamaian di Indonesia ini, mengingatkannya pada masa Nabi Muhammad tatkala hijrah ke Madinah. Semua umat hidup rukun di sana.

"Saat Nabi ke Madinah, beliau memberi kebebasan bagi masyarakat Madinah memeluk agama apapun. Bahkan, yang paling banyak adalah orang-orang yang tak bertuhan. Nabi tak mengusiknya. Kecuali ketika mereka mengkhianati perjanjian yang telah disepakati bersama," katanya.

sebagai tuan rumah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengharap, apa yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim tersebut bisa menjadi motivasi baru untuk memperkuat persatuan umat di Banyuwangi.

"Apa yang disampaikan oleh Syekh Ibrahim ini bisa digetoktularkan kepada yang lain. Sehingga faham beragama cinta damai ini, bisa menjadi jangkar agar masyarakat Banyuwangi tetap damai dalam keragaman agama," katanya.

Karena selama ini, kerukunan beragama di Banyuwangi telah terjaga dengan sangat baik. Namun, bukan berarti bebas dari upaya-upaya pihak yang tak bertanggungjawab untuk merusaknya.

"Mari terus kita jaga keharmonisan umat beragama di Banyuwangi. Jangan sampai terkoyak oleh sesuatu yang kecil, seperti halnya perbedaan pandangan politik atau hal lainnya," kata Bupati Anas saat menyambut mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir tersebut. (*)