Zakki Lutier, Gitar Buatan Lamongan yang Merambah Pasar Mancanegara

Ahmad Muzakki mencoba memainkan salah satu gitar buatannya, Senin (1/7/2019). (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Di tengah banyaknya produsen gitar dengan merk-merk ternama dari berbagai penjuru dunia, Zakki Luthier, sebuah gitar klasik produksi Lamongan tetap mampu menjaga eksistensinya, bahkan hingga merambah pasar mancanegara.

Zakki Luthier merupakan sebuah gitar yang diproduksi oleh Ahmad Muzakki, seorang perajin gitar (Luthier) asal Kelurahan Jetis, Kecamatan/Kabupaten Lamongan.

Pria yang akrab dipanggil Zakki ini mengaku mulai memproduksi gitar sekitar 13 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2006 silam.

Saat itu Zakki yang memang menggandrungi gitar klasik itu tengah menempuh kuliah jurusan seni musik di sebuah kampus di Bandung.

Atas kecintaan serta untuk mendukung pengembangan ilmu di bangku kuliah itulah Zakki mulai berangan-angan memiliki sebuah gitar yang berkualitas.

"Saya butuh gitar yang bagus, sedangkan untuk membeli gitar yang bagus itu sangat mahal, sampai puluhan juta. Kemudian saya melihat pembuatan gitar dan akhirnya saya tertarik untuk membuat gitar dan saya putuskan untuk belajar membuat gitar dulu di Bandung," kata Zakki, Senin (1/7/2019).

Setelah memiliki pengetahuan tentang seluk beluk pembuatan gitar, Zakki kemudian mencoba membuat dan menyelesaikan gitar pertamanya.

"Setelah bisa membuat gitar, dicoba sama teman-teman katanya kok enak, tanggapan mereka bagus. Akhirnya saya buat lagi dan seterusnya," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, lanjut Zakki, pesanan mulai datang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga mancanegara.

"Yang pesan sudah hampir di seluruh wilayah Indonesia misalnya Jakarta, Jogja kalau di pulau jawa. Kalau luar negeri Singapura, Malaysia, Taiwan, selandia baru juga ada," tutur Zakki.

Pria berusia 38 tahun ini mengatakan gitar buatannya itu tidak diproduksi dalam jumlah besar. Ia baru membuat gitar jika ada pesanan yang masuk.

"Gitar ini dijual by order, saya promosi lewat media sosial, lewat event-event gitar klasik, lomba dan lain sebagainya," ucapnnya.

Menurut Zakki, hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas gitar buatannya sehingga mampi bersaing dengan gitar pabrikan dan mampu bertahan hingga sekarang.

Selain itu kualitas kayu yang menjadi bahan gitar juga sangat ia perhatikan, bahkan ia lebih memilih membelah sendiri kayu gelondongan, dari pada membeli yang sudah terbelah menjadi lembaran papan.

 

"Kayu yang saya pakai ini Indian rosewood, saya lebih suka belah sendiri, selain lebih murah, kita juga bisa memilih kayu yang benar-benar bagus atau matang sehingga bisa menjaga kualitas bahan yang saya pakai," kata Zakki menjelaskan.

Untuk menyelesaikan satu buah gitar, Zakki mengaku membutihkan waktu hingga satu bulan, karena menurutnya setiap proses pembuatan harus dilakukan dengan teliti.

"Kalau kendala saya kira tidak ada, untuk bahan juga tidak ada kendala, karena semuanya saya pakai bahan lokat, hanya untuk top saya pakai kayu impor. Memang semua proses pembuatan gitar ini rumit semua, karena dituntut untuk rapi, dan yang paling rumit ya detail rosett, karena rosett ini menjadi ciri khas dari luthiernya (pembuat gitar)," tuturnya.

Mengingat tingkat kerumitan dan seluruh proses yang dilakukan secara manual serta kualitas yang dimiliki, tak heran jika gitar dengan merk Zakki Luthier dijual mulai Rp 12,5 juta. "Kalau bahan baku dari luar negeri ya bisa mencapai Rp 25 juta," kata pria asal Lamongan ini. (*)