Situs Kerajaan Majapahit Ditemukan Lagi di Jombang, Luasnya 1 Hektare
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim melakukan penelitian atas situs batu bata yang diduga berasal dari peninggalan Kerajaan Majapahit di Desa Sugih Waras dan Kedaton, Jombang. Penemuan situs ini berawal dari tukang gali pasir yang mengambil tanah uruk di daerah setempat.
Arkeolog BPCB, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, awalnya temuan situs ini bermula di Sugih Waras temuannya cukup banyak di lahan bekas urukan. Belakangan area situs meluas hingga Bulurejo, jarak antar kedua desa ini kebetulan hanya sekira 100 meter saja.
"Nampak struktur itu karena bermula dari aktivitas penggalian tanah, itu lokasi tanah uruk yang dijual untuk tanah uruk, di bawahnya ada lapisan pasir nah di bawanya itulah ditemukan bangunan batu bata. Struktur bangunan yang sama di Cagar Budaya Trowulan, Mojokerto," kata Wicaksono, Sabtu, 22 Juni 2019.
BPCB lantas berkoordinasi dengan lurah setempat dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang. Pertemuan antara stakeholder ini untuk melindungi situs yang baru ditemukan. Apalagi situs ini cukup luas yakni lebih dari satu hektare.
"Saya lihat dari atas pakai drone nampaknya itu membentuk satu situs yang cukup besar. Antara temuan di Sugih Waras dan Bulurejo kalau dari material batu bata itu merujuk hampir persis seperti yang ada di Trowulan itu mengindikasikan kuat bahwa berasal dari era Majapahit. Di lihat dari sebaran situsnya, itu komplek yang cukup luas, hampir satu hektare lebih," ujar Wicaksono.
Menurut informasi lurah sedari dulu di daerah itu banyak ditemukan struktur batu bata. Sehingga BPCB memandang memang perlu sebuah rekomendasi, kajian dan tindakan pelestarian secepat mungkin untuk menyelamatkan situs cagar budaya ini.
"Luas kedalaman permukaan tanah existing 160 sentimeter, ketebalan struktur mencapai 70 sentimeter, ke bawah mencapai dua meter dari permukaan tanah asli," tutur Wicaksono.
Wicaksono mengungkapkan, dari temuan purba kala di Jombang sebenarnya sudah ditemukan sejak masa Empu Sindok hingga Airlangga berlangsung sampai era Majapahit. Sedangkan kawasan Cagar Budaya Trowulan itu mencangkup Jombang, tentunya itu baru kawasan Trowulan.
Di luar dari kawasan Mojokerto dan Jombang BPCB banyak menemukan struktur batu-bata yang mirip dengan Trowulan. Jadi keluasan Majapahit tidak hanya di kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, tapi juga sampai pelosok-pelosok daerah sampai di Jombang.
"Soal eskavasi nanti menunggu hasil peninjauan, itu tergantung pimpinan seperti apa nantinya. Yang pasti segera dilakukan adalah pelindungannya dengan menghentikan aktivitas penggaliannya. Saya juga mau lihat Perda untuk yang terkuat dengan cagar budaya," kata Wicaksono.
Sedangkan benda purba kala yang ditemukan di Jombang antara lain tembikar, pecahan porselin dan tulang. Benda-benda itu bakal diteliti lebih lanjut dan berkoordinasi dengan arkeolog lain yang telah melakukan penelitian di daerah setempat pada 2017 silam.
"Sepintas menyerupai situs Tondowongso, Kediri (komplek peribadatan Hindu). Jombang hampir sama, kita perlu hitung luas area situs. Ini setidaknya Pemda Jombang bisa bernegoisasi dengan warga pemilik tanah, karena tempat ini disewakan untuk sewa tanah uruk dengan kedalaman galian 2,5 meter kemudian disewakan lagi buat tebu. Setelah itu kita tentukan langkah lanjutan," ujar Wicaksono.