Menag Cek Kesiapan Hotel dan Katering Jemaaah Haji di Madinah
- Kemenag
VIVA – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meninjau layanan akomodasi di Madinah, Kamis, 30 Mei 2019. Kunjungan ini dalam rangka memantau kesiapan final penyelenggaraan ibadah haji 1440 Hijriah/2019.
Dalam kunjungan ini, Menag didampingi Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nizar, Sesditjen PHU Ramadan Harisman, Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis dan jajaran Kantor Urusan Haji (KUH).
Selama di Madinah, Menag mengunjungi dua hotel yang bakal ditempati jemaah haji Indonesia, yaitu Hotel Coral al Madinah dan Hotel Huzamah. Hotel Coral al Madinah terletak di bagian utara Masjid Nabawi (Janubiah).
Hotel ini hanya jarak 50 meter dari Masjid Nabawi dengan kapasitas sewa 800 pax dengan sistem sewa blocking time. Karena kualitas layanan tahun sebelumnya bagus, hotel ini kembali disewa (repeat order).
Sementara Hotel Khuzamah memiliki kapasitas sewa mencapai 700 pax. Hotel ini juga disewa dengan sistem blocking time.
"Hari ini saya meninjau hotel yang akan ditempati jemaah haji Indonesia saat di Madinah. Alhamdulillah, hotel sangat bagus. Saya minta kondisi hotel yang bagus tersebut dipertahankan sampai ditempati jemaah haji Indonesia," kata Menag di Madinah, Kamis, 30 Mei 2019.
"Tadi saya lihat sejumlah hotel yang disewa memiliki puluhan suite room. Saya minta itu bisa dimaksimalkan untuk layanan kesehatan di kloter," sambungnya.
Sementara itu, Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan bahwa tahun ini ada 111 hotel yang disewa di Madinah. Sebanyak 60 hotel disewa full musim, 51 hotel disewa blocking time.
"Semua hotel minimal bintang tiga, bahkan ada banyak juga yang setara bintang empat dan lima," ujarnya.
Selain akomodasi hotel, Menag Lukman juga meninjau kesiapan dapur yang akan melayani katering jemaah haji Indonesia di Madinah. Salah satunya adalah Dapur Andalus.
Dapur tersebut, tahun ini akan melayani konsumsi bagi 18.000 jemaah haji Indonesia di Madinah. Dari 15 dapur yang dikontrak di Madinah, Andalus adalah dapur yang terbesar kedua setelah Ahmadi.
Di Andalus, Menag berdialog dengan Maman, salah chef yang berasal dari Purwakarta, Jabar. Maman sudah 10 tahun bekerja di dapur katering Madinah. "Apakah ada kesulitan dalm pelayanan konsumsi kepada jemaah selama ini?" tanya Menag ke Maman.
Maman mengakui ada beberapa kendala yang dia hadapi, misalnya keterbatasan bahan baku, seperti ikan patin, dan tahun lalu kesulitan katering masuk hotel bintang 5.
Kesulitan lainnya jika ada 1 kloter yang jemaahnya terpecah di dua hotel sehingga membutuhkan tambahan tenaga dan peralatan.
Merespon hal itu, Menag meminta kepada Kantor Urusan Haji (KUH) agar ketentuan yang termaktub dalam kontrak disosialisasikan kepada petugas penyedia katering yang bekerja di lapangan.
"KUH harus mensosialisasikan aturan yang ada dikontrak sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di lapangan dan potensi kendala bisa diantisipasi sejak awal," tegasnya.