Industri Petrokimia Besar Siap Berinvestasi di JIIPE Gresik Jawa Timur

Kawasan JIIPE Gresik, Jawa Timur. (FOTO: Liputan6)
Sumber :
  • timesindonesia

Salah satu industri petrokimia skala besar siap berinvestasi di Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. 

“Kami mendapat konfirmasi dari beberapa industri, termasuk kawasan industri di Jawa Timur, akan ada investor besar masuk di sektor industri petrokimia,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (14/5/2019).

Industri pterokimia tersebut, kata Menteri Airlangga,  saat ini sedang dalam tahap pembebasan lahan. Rencananya akan beroperasi pada tahun 2022. “Kalau sudah pembebasan lahan, artinya kan sudah serius. Biasanya konstruksi untuk pembangunan paling lama 2 - 3 tahun,” katanya.

Kementerian Perindustrian memang terus mendorong peningkatan investasi di sektor industri petrokimia. Selain menumbuhkan sektor hulu, tujuannya juga guna mendongkrak kapasitas produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor sekaligus sebagai substitusi impor.

“Industri petrokimia merupakan sektor hulu yang berperan penting dalam menunjang kebutuhan produksi di sejumlah manufaktur hilir. Produk yang dihasilkan oleh industri petrokimia, antara lain digunakan sebagai bahan baku di industri plastik, tekstil, cat, kosmetik dan farmasi,” tambah Menperin.

Menurut Airlangga, pihaknya  bertekad semakin menguatkan sektor induk (mother of industry) agar rantai pasok dan struktur manufaktur di dalam negeri lebih dalam sehingga bisa berdaya saing di kancah global. “Keberlanjutan dalam pembangunan industri petrokimia sangat penting bagi aktivitas ekonomi atau membawa multiplier effect. Apalagi, industri kimia masuk dalam sektor pionir dalam Making Indonesia 4.0,” tuturnya.

Kemenperin juga mencatat, industri petrokimia turut memberikan kontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2018, investasi di sektor industri kimia dan farmasi mencapai Rp 39,31 triliun. Selain itu, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 13,93 miliar.

Ia juga optimistis investasi dan ekspansi di sektor industri manufaktur akan semakin menggeliat usai perhelatan pemilihan umum dan pemilihan presiden, beberapa waktu lalu. Ini sekaligus membuktikan bahwa iklim ekonomi, politik dan keamanan di Indonesia masih kondusif, yang akan meningkatkan rasa kepercayaan para investor dalam berusaha.

“Kontribusi manufaktur terhadap PDB konsisten paling tinggi. Kemudian, beberapa sektor industri pertumbuhannya ada yang double digit dan melampaui pertumbuhan ekonomi. Kita juga melihat bahwa ke depan investasi itu akan meningkat, salah satu indikatornya adalah pembelian lahan di kawasan industri yang terus naik," ujarnya.

Pada triwulan I-2019, sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98 persen. Disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh hingga 16,10 persen, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89 persen serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53 persen.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22 persen, industri logam dasar tumbuh 8,59 persen, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77 persen. Sektor-sektor manufaktur ini yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen.

“Sebagian besar industri-industri tersebut adalah yang sedang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Sektor ini yang memiliki dampak ekonomi besar dan kriteria kelayakan implementasi industri 4.0,” tegas Airlangga.

Itulah alasannya seperti yang disebutkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengapa salah satu industri petrokimia skala besar siap berinvestasi di Kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. (*)