Kaligrafi Serbuk Kayu di Probolinggo Banjir Pesanan Jelang Ramadhan

Kholili pengrajin kaligrafi berbahan dasar dari serbuk kayu, saat proses pembuatan kaligrafi di rumahnya.(FOTO: Dicko W/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

VIVA – Banyak cara yang dilakukan para seniman, untuk mendapatkan penghasilan dari karyanya. Seperti yang ditekuni oleh Kholili (39) warga Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ia kini meraup penghasilan yang lumayan pada momen Ramadhan 1441 H ini, dengan membuat kaligrafi berbahan dasar dari serbuk kayu bekas, saat ini mulai banjir pesanan.

Karya berupa kaligrafi yang dibuatnya terbilang unik. Pasalnya, serbuk kayu yang lumrahnya hanya dibakar dan dibuat bahan pembakaran batu bata itu, disulap menjadi kaligrafi alami, yang menghasilkan warna alami tanpa bahan pewarna.

Hasil karyanya memantik perhatian warga lokal di Kabupaten Probolinggo, untuk membelinya. Apalagi setiap momen Ramadhan menjelang Lebaran. Pria dengan tida anak ini menekuni aktivitas itu sejak 2010 lalu. Kini kerajinan yang dolakoni semakin berkembang. Pesananpun semakin meningkat. 

Kholili menceritakan sekaligus mempraktikkan proses pembuatannya yang sebetulnya sangat mudah. Serbuk kayu dijemur hingga mengering. Setelah kering kemudian dicampur dengan lem kayu, diaduk sampai merata. Setelah itu, dimasukan ke tulisan atau kaligrafi yang sudah dibuat sebelumnya pada media gabus (cetakan).

Setelah itu diratakan. Kalau sudah rata lalau diangkatlah dari cetakan gabus itu, kemudian hasilnya kembali dijemur hingga sangat mengering. Jika sudah kering kemudian dibersihkan, dan ditempel pada pigura yang juga terbuat dari serbuk kayu.

“Warnanya bervariasi, dan itu mengikuti warna dari kayu, tidak memakai pewarna, itu salah satu keunggulan dari kaligrafi dari serbuk kayu. Untuk menghasilkan satu kaligrafi memerlukan waktu sekitar satu Minggu,” jelas pria yang juga sebagai tenaga pendidik di SMK Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, ini Sabtu (4/5/2019) kepada TIMES Indonesia, di kediamannya.

Ia menuturkan, serbuk kayu ia membeli di mebel, dalam satu karungnya ia beli dengan harga Rp 5.000. sementara penjualan satu produk kaligrafi paling murah dipatok Rp 75 ribu, sedangkan produk termahal bisa mencapai harga Rp 3,5 juta, tergantung ukuran dan model tulisannya.

“Kaligrafi yang disukai warga, kebanyakan berupa lafadz Allah-Muhammad, Asmaul Husna, Alhamdulillah, Bismillah, Ayat Kursi, hingga kalimat tauhid. Ada juga yang pesan tulisan arab secara umum atau simbol organisasi islam, seperti tulisan dan lambang NU,” terangnya.

Ia tak sendirian membuat kaligrafi itu, akan tetapi dibantu dengan tiga orang karyawannya, yang juga memiliki keterampilan menulis tulisan arab. Agar mengurangi bebannya dalam bekerja.

“Saat ini menjelang bulan suci Ramadhan, permintaan atau pesanan kaligrafi berbahan serbuk kayu yang saya buat ini meningkat. Semoga momen Ramadhan kali ini lebih banyak pemesanan dari Ramadhan sebelumnya,” harapnya.(*)