Mantan Kuli Bangunan Rintis Restoran Cepat Saji Beromset Miliaran
- timesindonesia
Ali Mustofa, founder restoran cepat saji M2M terbilang sukses. Meskipun mantan kuli bangunan, bisnis yang digelutinya kini beromset miliaran rupiah. Begini kisahnya.
Kesuksesan yang diraih Ali tidaklah mudah, ia merintis bisnis mulai dari bawah ketika memutuskan keluar dari restoran cepat saji terkemuka sejak delapan tahun lalu.
Selama bekerja di restoran cepat saji yang tersebar di seluruh dunia itu, Ali selalu belajar dan mengambil setiap pengalaman yang ada di restoran tersebut. Selama karir 17 tahun di sana, dia terakhir kali menjabat sebagai kepala cabang.
"Kemudian saya memutuskan untuk keluar, padahal gaji saya itu 9 jutaan sebulan. Sebelum bekerja di restoran cepat saji 17 tahun. Dua tahun sebelumnya saya pernah jadi kuli bangunan," katanya, usai mengisi kegiatan seminar kewirausahaan di Desa Sekapuk yang bekerjasama dengan PT Polowijo Gosari, Kamis (4/4/2019).
Ali membeberkan alasan utama keluar dari pekerjaan lamanya itu adalah ingin berwirausaha, dikatakan lebih jauh oleh dia, ia merintis usaha restoran cepat saji karena ingin membuktikan jika pengusaha lokal juga bisa berkontribusi.
Tak disangka, delapan tahun merintis usaha, kini ia mempunyai 32 cabang dan mempunyai karyawan lebih dari 200 orang tersebar di seluruh Indonesia. Ia memulainya dari Kota Sidoarjo.
Di restoran M2M, ia menjual berbagai macam makanan cepat saji mulai dari ayam goreng, pizza, burger, kentang goreng dan lain sebagainnya.
"Bahkan sempul yang makanan tradisional juga kita kemas menarik untuk menarik pelanggan. Intinya bisnis kuliner harus pintar membaca peluang dan terus berinovasi," ucapnya.
Suami dari Sri Ali itu juga membeberkan kiat sukses dirinya. Selain tekun dan bersungguh-sungguh, dalam berbisnis juga harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara untuk membuat produk diterima pelanggan.
Kemudian, Ali menyatakan, selain harus untung, bisnis restoran cepat saji nya juga harus memikirkan bagaimana cara menyisihkan sebagian untuk kegiatan sosial dan pendidikan.
"Sebanyak 10 persen dari keuntungan adalah milik sosial dan pendidikan jadi kita harus memikirkan itu. Ya, omsetnya mencapai miliaran," ucap mantan kuli bangunan yang sukses ini, malu-malu. (*)