4 Tahun UNBK, Banyak Sekolah Masih Pontang-panting Pinjam Komputer

Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Senin, 25 Maret 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

VIVA – Banyak Sekolah Menengah Atas/sederajat yang masih pontang-panting mencari perangkat komputer untuk digunakan siswa-siswi mereka mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK setiap tahun.

Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim mengatakan, kondisi ini membuat pelaksanaan UNBK menjadi berisiko tidak lancar, meski model evaluasi pendidikan itu telah dijalankan selama empat tahun.

"Sudah empat tahun UNBK, tetapi tidak ada kebijakan atau bantuan peningkatan sarana yang signifikan. Terbukti, masih banyak sekolah yang harus pontang-panting mencari pinjaman komputer," ujar Satriwan melalui keterangan yang diterima pada Selasa 2 April 2019.

Menurut data jaringan FSGI, kondisi itu terjadi setidaknya di sejumlah daerah. SMAN 1 Gunungsari, Lombok Barat, meminjam 32 komputer dari SMKN 1 Batulayar, supaya 267 siswa mereka bisa mengikuti UNBK. SMAN 1 Monta, di Bima, hanya bisa menyediakan 27 unit komputer dari kebutuhan 80 komputer.

"Mereka sebagian meminjam dari SMPN 1 Monta, hingga menggunakan laptop guru," ujar Satriwan.

Satriawan berharap, pemerintah terus membenahi pelaksanaan UNBK hingga betul-betul tanpa hambatan. Banyaknya hambatan teknis, mulai dari kekurangan komputer hingga masalah pada server, membuat fokus siswa terpecah oleh kendala teknis di luar materi ujian.

"Belum lagi, ada biaya transportasi mahal (untuk mengangkut komputer pinjaman) yang dikeluarkan pihak sekolah. Masalah-masalah teknis itu mengakibatkan persiapan UNBK menjadi lebih rumit dan tergesa-gesa," ujar Satriwan. (asp)