BMKG Imbau Masyarakat Waspada Banjir Bandang Susulan di Sentani
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi banjir bandang susulan di Sentani, Papua.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi tersebut diperkirakan dengan memperhatikan adanya pengaruh kondisi lokal, dan adanya pertemuan aliran udara yang terjadi akibat sistem pola tekanan rendah di utara Papua.
"Kondisi tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Jayapura," ujar Dwikorita dalam keteranganya di Jakarta, Jumat, 22 Maret 2019.
Selain itu, pola pertemuan aliran udara dan pertumbuhan awan di Papua bagian selatan juga perlu diwaspadai, sebagai dampak adanya pengaruh siklon tropis Trevor, yang saat ini masih berada di Teluk Carpentaria, di sebelah selatan Papua.
Dengan adanya beberapa fenomena di atas, maka lima hari hingga seminggu ke depan curah hujan diprediksi masih cukup tinggi di Papua, dengan intensitas sedang hingga lebat dari malam hingga dini hari. "Kami himbau masyarakat untuk tetap waspada dengan kondisi cuaca tersebut," ujarnya menambahkan.
Di samping Siklon Tropis Trevor, menurut Dwikorita, di selatan Nusa Tenggara Timur juga sedang muncul Siklon Tropis Veronica. Meski jaraknya sekitar 600 kilometer dari pantai NTT, tapi dapat berdampak pada pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT serta ketinggian gelombang laut yang mencapai 4-6 meter di perairan selatan Jawa hingga NTT.
Ia menambahkan, ada sejumlah tanda yang bisa menjadi alarm peringatan dini saat terjadinya banjir bandang. Di antaranya, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, serta ranting dan batang kayu.
"Selain waspada banjir bandang, masyarakat juga harus waspada terhadap ancaman tanah longsor dan angin kencang. Terjadinya perubahan lahan di lereng dan kaki pegunungan Cycloop secara tidak terkendali, semakin memperparah kejadian banjir bandang," katanya.
Hal tersebut dikhawatirkan mengakibatkan makin berkurangnya vegetasi yang menahan aliran air dari atas. Meski di hilir tidak hujan, hujan di hulu ditambah kondisi lereng yang rapuh tentu menjadi pemicu longsoran.
Dalam kesempatan itu, Dwikorita juga menyampaikan ucapan belasungkawa atas bencana banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua.
Akibat banjir tersebut, sebanyak 109 orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara korban hilang mencapai 93 jiwa, luka ringan 808 jiwa, luka berat 107 jiwa, dan terdapat kurang lebih 11.725 kepala keluarga yang terdampak.
"Semoga Sentani Jayapura dapat segera bangkit dan kepada seluruh korban diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menerima cobaan ini. Pemerintah bersama Papua." (mus)