Resmikan Sistem Siber TNI, Panglima Ingatkan Teror Selandia Baru
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meresmikan Sistem Siber TNI di Mabes Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 18 Maret 2018. Satuan Siber TNI bertugas melindungi dan mempertahankan infrastruktur kritis TNI yang terhubung satu dengan yang lainnya.
Dalam sambutannya, panglima TNI menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki Siber TNI, yaitu deteksi, proteksi, recovery, dan meyakinkan bahwa sistem siber yang berjalan tidak terdapat lubang atau kelemahan pertahanan yang bisa dimasuki oleh malware maupun backdoor.
"Jangan sampai digunakan untuk mengambil data dan mengawasi kita, ataupun menjadi ancaman terjadinya kelumpuhan dalam Sistem Siber TNI," kata Marsekal Hadi Tjahjanto dilansir Puspen TNI.
Di sisi lain, mantan kepala Staf TNI AU itu mengingatkan akan munculnya ancaman yang tak terprediksi seperti serangan teroris di New Zealand.
Menurutnya, peristiwa ini dapat dikaitkan pada satu teori yang ditulis oleh Nassim Nicholas Taleb dikenal dengan Black Swan Theory (Teori Angsa Hitam), yang menjelaskan pada peristiwa langka memiliki dampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa.
"Jika dikaitkan dengan tugas pokok TNI, dengan kehadiran Satsiber TNI ini diharapkan mampu memprediksi atau meramalkan apa yang terjadi walaupun secara terbatas dengan menganalisis jejak digital yang terjadi di dunia maya," ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 50 orang meninggal dunia dalam aksi penembakan secara brutal yang terjadi saat Salat Jumat di Masjid Al Noor, Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat, 15 Maret 2019. Pelaku penyerangan, Brenton Tarrant, berhasil dibekuk usai peristiwa berdarah itu.
Tarrant merupakan warga negara Australia, berusia 28 tahun, dan diidentifikasi oleh pemerintah Australia sebagai ekstremis sayap kanan yang menuhankan supremasi kulit putih. Dia lahir di Australia, di kelas menengah dan bekerja dengan penghasilan rendah.