Selamatkan Situs Pra Majapahit dari Proyek Tol Malang-Pandaan
- Lucky
VIVA – Situs Sekaran di kilometer 37 seksi lima yang berada dalam proyek jalan Tol Malang-Pandaan di Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang, menarik minat warga untuk melihat langsung peninggalan purbakala warisan para leluhur. Setiap hari ada saja warga yang datang ke situs ini.
Sebanyak 16 personel yang tergabung dalam tim ahli Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur, terus melakukan eskavasi di situs itu. Membersihkan tanah, mengeruk lapisan tanah untuk mengetahui wujud pasti situs Sekaran. Nama Sekaran diambil dari nama desa setempat.
"Kita tambah 5 personel dari sebelumnya 11. Arkeolognya 2, juru gambar, teknisi pemetaan wilayah dan sisanya merupakan para penggali. Karena cakupan lokasi situs cukup besar, waktunya juga diperpanjang hingga Kamis pekan depan," kata Arkeolog dari BPCB Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho, Sabtu, 16 Maret 2019.
Situs Sekaran diduga merupakan bangunan suci, bisa seperti candi ataupun pertirtaan. Proses eskavasi yang dilakukan telah meluas dari semula hanya 6 meter per segi, kini menjadi 375 meter per segi. Proses eskavasi dilakukan secara horizontal atau melebar untuk mengetahui seberapa luas situs Sekaran.
"Merujuk dari penampakan itu kelihatannya bangunan yang cukup besar, cuma bangun apa kita belum bisa memprediksi jauh. Kalau di bentangnya mencapai 4 meter melebar jadi 10 meter melebar lagi jadi 15 meter bahkan masih bisa luas lagi. Situs bisa setara candi," ujar Wicaksono.
Situs Sekaran berada sekitar 10 meter dari ruas jalan Tol Malang-Pandaan. Jalan tol sendiri memiliki luas 60 meter, 30 meter ke kiri dan 30 meter ke kanan. Situs Sekaran berada di 10 meter sebelah kanan dari ruas jalan tol.
"Kita sudah berkomunikasi dengan Jasa Marga. Luas tol kalau ditarik dari as tengah jalan tol memang 30 ke kiri 30 ke kanan, dan situs berada di tengah-tengah jalan proyek tol. Untuk itu, kita harus menyelesaikan ini dulu, setelah diteliti nilai cagar budayanya barulah kita rekomendasikan ke Jasa Marga. Hamparan situs ini akan kita pastikan dulu," kata Wicaksono.
Awal mula penemuan situs adalah pekerja proyek yang melakukan pengerukan tanah menggunakan eskavator. Situs sebelum dijadikan proyek jalan tol dulunya merupakan hamparan sawah milik warga. Sawah-sawah itu dibeli melalui mekanisme pembebasan lahan demi proyek Tol Malang-Pandaan. Bangunan berada pada permukaan tanah dengan ketinggian 486 meter di atas permukaan laut.
Sawah dikeruk hampir sedalam 5 meter dari permukaan awal tanah. Bahkan ditengarai situs telah ditemukan 6 bulan yang lalu berdasarkan pengakuan warga setempat. Beruntung penemuan batu bata ini telah viral di media sosial oleh komunitas penjelajah. Penemuan situs ini diekspos media massa hingga dilakukan proses eskavasi oleh BPCB Trowulan.
"Ini dulu sawah bukan bukit dekat dengan lereng sungai. Kita akan selesaikan sampai seberapa jauh hamparan situs ini. Kita bersihkan lapisan atas dulu, setelah bersih kita angkat batu bata. Dan kita berharap masih ada bata yang masih utuh di bawah tanah," kata Wicaksono.
Proses eskavasi saat ini difokuskan di 375 meter persegi dengan kedalaman 40 sentimeter dari permukaan tanah. Wicaksono menyebut, di area eskavasi batu bata yang tampak berbentuk persegi dengan dimensi lebar 205 sentimeter, tinggi 110 sentimeter, tersusun atas 15 lapis batu bata.
"Ini batu bata gosok, cukup besar bahkan tanpa jarak batu bata satu dengan lainnya tidak sama seperti di Trowulan kemungkinan pra Majapahit. Ada tiga jenis batu bata yang kita temukan pertama berukuran 38 sentimeter lebar 25 sentimeter dan tebal 8 sentimeter. Kedua berukuran panjang 32 sentimeter lebar 23 sentimeter dan tebal 6 sentimeter. Dan, ketiga panjang 35 sentimeter lebar 20 sentimeter, dan tebal 7 sentimeter," ujar Wicaksono.
Selain melakukan eskavasi, BPCB Trowulan sedang mendata temuan benda purbakala di area situs oleh warga. Adapun dari penelusuran VIVA, benda-benda purbakala yang ditemukan berupa ratusan koin kepeng atau mata uang China, potongan guci, potongan gerabah, talam dari perunggu hingga emas berlambangkan 8 mata penjuru angin.
Dikuasai Warga
Benda-benda itu disimpan oleh Muhammad Arifin, ketua RT 15 RW 08 desa setempat. Arifin sengaja mencari benda purbakala itu. Ia mengaku hobi mengumpulkan barang antik. Namun dari sekian banyak temuan benda purbakala oleh Arifin, tidak ada yang dianggap memiliki nilai cagar budaya lebih oleh BPCB.
Arifin sendiri telah bertemu dengan BPCB di Balai Desa Sekarpuro beberapa hari yang lalu. Ia diminta melaporkan benda temuannya agar tak melanggar undang-undang cagar budaya. Pihak BPCB bersedia membeli andai barang itu dijual Arifin, namun BPCB akan menyesuaikan dengan harga pasaran.
"Belum ada sih yang memiliki nilai cagar budaya lebih. Kepeng atau koin itu memang jumlahnya banyak di warga, tapi kita juga punya banyak di Museum Trowulan. Mungkin emas itu. Kita sarankan dibawa ke Pegadaian. Di sana dapat harga berapa, kita akan beli di atas harga Pegadaian," ujar Wicaksono.
Lebih jauh Wicaksono menjelaskan, jika mata uang kepeng itu sebagian bakal dibeli dan diuji di laboratorium untuk menentukan usia koin kuno ini. Ia menuturkan jika koin kuno yang diproduksi dinasti Song pada 960 –hingga 1268 di Jawa tetap digunakan sampai era dinasti Yuan 1280-1368.
"Padahal di China kedaluwarsa, di sini menjadi alat tukar. Kerajaan Majapahit itu kan nominalmya besar terbuat dari emas dan perak. Kalau ini uang receh tapi populer. Sampai di China kehabisan koin kepeng dan melarang pengiriman koin kepeng ke Jawa," kata Wicaksono.
Muhammad Arifin mengaku lega setelah bertemu dengan BPCB Trowulan. Ia bakal mengurus pelaporan benda purbakala ke pemerintah. Arifin mengaku bersedia menjual emas temuannya ke Trowulan asal harga yang ditawarkan lebih tinggi dari tawaran kolektor.
"Pernah ditawar kolektor Rp4 juta, kalau mau dibeli mahal saya kasihkan ke BPCB Trowulan. Semua akan saya kasihkan mulai dari potongan keramik, talam dari perunggu, emas dan seluruh koin gobok (kepeng). Saya minta di atas Rp4 juta, kalau Rp7 juta saya kasih lah. Kan saya mencari ini juga mengorbankan waktu, pekerjaan saya tinggalkan," kata Arifin.
Sementara, PT Jasamarga Pandaan-Malang selaku pihak pembangun proyek jalan tol bakal mengubah jalur tol, menyusul penemuan situs Sekaran. "Pengerjaan kontruksi kita hentikan jika memang ini benar situs purbakala. Jalan tol akan kita geser, kita ubah," kata General Manager Teknik PT Jasa Marga, M Jajuli.
PT Jasa Marga juga melibatkan satuan kerja pembebasan lahan. Menurutnya, mengubah jalan tol bukan mustahil demi menyelamatkan situs Sekaran. Sebab lokasi situs Sekaran berada di seksi lima, di mana seksi terakhir ini masih terkendala pembebasan lahan di wilayah Madyopuro yang bakal menjadi area Exit Tol Malang-Pandaan.
"Masih memungkinkan diubah. Kita juga terkendala pembebasan 50 lahan yang tinggal eksekusi. Jika situs ini lebih besar dari penemuan awal bisa kita geser jalan tolnya. Tapi kita menunggu rekomendasi, Badan Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur," ujar M Jajuli.
Jajuli mengatakan lokasi penemuan situs terletak di 30 meter dari garis tengah jalan. Jika memang rekomensasi BPCB harus mengubah jalan demi kepentingan situs Sekaran, jalan tol bakal digeser 10 meter ke arah timur.
"Karena kita melihat ini situs budaya, bisa digeser ke arah sungai nantinya jalan tol bakal lurus dengan jembatan. Antisipasi kemiringan sungai nanti ada perkuatan dinding penahan tanah semacam turap, jadi sudah ada skenario itu," tutur M Jajuli.
Selain itu, M Jajuli menyebut sejak awal pembangunan jalan Tol Malang-Pandaan tidak melakukan analisis dampak lingkungan (amdal) sosial budaya karena bukan persyaratan utama. Namun, pihaknya bersedia melakukan itu, jika diawal diminta untuk melakukan amdal sosial budaya.
"Amdal sosial budaya tidak ditentukan, tapi misalnya kalau ada permintaan khusus ya akan kita lakukan. Tapi syarat lainya, Amdal Lalin dan Amdal Lingkungan sudah," kata M Jajuli. (ase)