Pernah Digusur, Alasan Jokowi Bikin Program UMi dan Mekaar

Presiden Jokowi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA – Presiden Joko Widodo menerima Perempuan Arus Bawah di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 6 Maret 2019. Mereka adalah aktivis perempuan yang bergerak dalam berbagai bidang, di antaranya hukum, lingkungan hidup dan pendidikan. 

Jokowi mengaku kagum dengan perempuan yang bekerja keras dalam menghidupi keluarga. Jokowi lantas mengisahkan saat ia masih kecil. Lahir dan hidup di daerah bantaran kali di Solo, kediaman mantan wali kota Solo itu tergusur. Beberapa kali pindah rumah. Di sisi lain, orangtuanya harus menafkahi dan mencari biaya pendidikan. 

"Saya rasakan betul betapa perjuangan seorang ibu dalam mengayomi mendidik anak, sangat berat," kata Jokowi dalam sambutannya. 

Lantaran itu, ketika ia mendapat kesempatan untuk memimpin Indonesia, dia membuat banyak program yang khusus untuk mengayomi keluarga.  "Saya merasakan betul terutama dari sisi  ekonomi. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah kita memiliki banyak program ekonomi mikro kecil yang juga kita harapkan bisa menopang peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga, misalnya program UMi, kredit ultra mikro," ujar Jokowi. 

Mantan Gubernur DKI ini mengatakan, saat ini program UMi sudah diberikan kepada lebih dari 1 juta nasabah. Mereka yang menjadi nasabah diberi bantuan modal dari Rp2 juta.

Nasabah UMi akan mengangsur setiap pekan. Mereka bisa naik kelas dan mendapatkan pinjaman yang lebih besar.  "Kemudian (program) Mekaar juga untuk ekonomi mikro dan kecil yang hampir 99 persen pesertanya ibu-ibu sudah mencapai 4,2 juta yang ikut di sini," ujar Jokowi. 

Dengan modal seperti ini, menurut dia, sangat membantu ibu-ibu dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Jokowi menyebutkan, para nasabah baik UMi maupun Mekaar, sangat senang. 

Sebab, dari beberapa nasabah yang ditemui Jokowi, banyak yang merasa senang. Karena jenis usaha mereka bisa bertambah dengan tambahan modal tersebut. 

"Kegiatan ekonomi seperti ini sangat berat sekali praktiknya. Persaingan kompetisi kita bisa lihat ibu-ibu misalnya jual sayur, daging, sembako, menurut saya itu sebuah perjuangan yang amat berat, pagi subuh di pasar, sore baru bisa kembali," ujarnya. (mus)